
Mahasiswa alumni Program Studi Agama dan Lintas Budaya atau Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, Astrid Syifa Salsabila membagikan hasil penelitian tesisnya pada acara Wednesday Forum (07/05). Bertempat di Ruang Kelas 307, Lantai 3 Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, Wednesday Forum merupakan diskusi rutin setiap hari Rabu yang diikuti oleh mahasiswa dan dosen CRCS untuk mendiskusikan berbagai topik terkait agama dan budaya.
Penelitian Astrid membahas mengenai bagaimana umat Katolik keturunan Tionghoa di Muntilan, Jawa Tengah, menghadapi dinamika identitas antara kepercayaan Katolik dan budaya Tionghoa. Terdapat perbedaan mengenai sejauh mana mereka bisa mempertahankan praktik budaya Tionghoa, seperti berpartisipasi di kuil, sambil tetap menjadi Katolik.
“Selama 6 bulan meneliti di Muntilan, Saya melakukan diskusi dengan masyarakat setempat dan menemukan bahwa agama Kristen membuat orang Tionghoa tidak mau meneruskan tradisi leluhur mereka. Maka dari itu anggapan tersebut membuat banyak orang Tionghoa tidak mau lagi pergi ke kuil Tionghoa”, jelas Astrid.
Penelitian Astrid menggunakan pendekatan identitas hibrida dan membedakan antara kekristenan resmi dan populer untuk memahami bagaimana mereka membangun identitas sebagai Katolik Tionghoa. Faktor seperti keluarga, pendidikan, dan penghormatan terhadap leluhur mempengaruhi pandangan mereka terhadap gereja dan kuil. Perayaan misa Imlek menjadi contoh nyata dari bagaimana identitas ini diwujudkan secara institusional.
Astrid menyimpulkan bahwa identitas umat Katolik Tionghoa bukanlah gambaran tunggal, karena setiap individu yang dianggap sebagai umat Katolik Tionghoa memiliki dinamika dan ekspresi pribadi untuk membangunnya. Identitas tersebut juga menggambarkan bagaimana ajaran Katolik dialami dalam kehidupan sehari-hari dan dipahami dengan karakteristik lokal, di luar doktrin gereja, memungkinkan kaum awam untuk mengekspresikan religiusitas pribadi mereka.
Acara Wednesday Forum telah menghadirkan banyak dialog yang ikut membangun pemahaman dan resolusi konflik di antara kelompok budaya dan agama yang beragam. Temuan Astrid ini menunjukkan signifikansi pelestarian budaya di tengah identitas agama. Hal ini juga memperkuat peran penting pendidikan dalam mengatasi tantangan yang dihadapi oleh komunitas.
Penulis: Asti Rahmaningrum