Program Program Doktor Inter-Religious Studies (S3 IRS), bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), memulai proyek penelitian penting selama dua tahun (2024-2025). Proyek ini berfokus pada Inklusi Digital dan Dinamikanya di Kalangan Komunitas Agama Asli di Indonesia, dipimpin oleh Dr. Leonard Chrysostomos Epafras. Tim penelitian ini, termasuk Hendrikus Paulus Kaunang, M.A., Ida Fitri Astuti, M.A., David Akbar Hasyemi Rafsanjani, S.S., dan Yeni Yulianti, M.A. (BRIN), telah aktif melakukan penelitian lapangan sejak Maret 2024. Kunjungan lapangan ini ke berbagai komunitas agama asli di Lampung, Riau, Medan, Bangka Belitung, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku telah memberikan wawasan berharga tentang dinamika inklusi digital di antara mereka.
Membangun dari penelitian sebelumnya pada tahun 2022 yang berfokus pada aktivitas digital kelompok dan komunitas agama minoritas, studi ini menyelami lebih dalam dinamika pemanfaatan media digital oleh komunitas agama asli di Indonesia. Investigasi tim mengungkapkan lanskap digital yang kompleks dan beragam. Ini adalah ruang di mana platform-platform menawarkan ruang sosial demokratis bagi mereka untuk lebih bebas mengungkapkan agama mereka tetapi juga berfungsi sebagai medium bagi kelompok intoleran untuk menyebarkan ujaran kebencian dan berita palsu. Kompleksitas rumit ini menegaskan perlunya pemahaman menyeluruh tentang inklusi digital di dalam komunitas-komunitas ini.
Platform ini (media digital) digunakan oleh setiap kelompok, termasuk kelompok intoleran yang menggunakannya sebagai medium untuk menyebarkan ujaran kebencian dan berita palsu yang ditujukan kepada kelompok-kelompok rentan seperti kelompok minoritas agama dan budaya, perempuan, kelompok yang terpinggirkan, dan lain-lain. Pandemi COVID-19 memaksa individu dan kelompok meningkatkan aktivitas mereka melalui media digital. Situasi ini menantang bagi komunitas agama, di mana kegiatan keagamaan beralih dari offline ke online.
Wacana dan narasi keagamaan telah lama merangkul teknologi dalam manifestasi individu dan publiknya, terutama melalui objek-objek material dan simbol. Agama mengelola penggunaan teknologi, termasuk digital. Namun, dalam pengembangan teknologi digital, perlu ada lebih banyak pengetahuan dan substansi dari makna simbol-simbol tersebut. Banyak ritual dan narasi keagamaan,termasuk yang dari agama dan komunitas minoritas. Situasi ini menolak logika pembangunan yang mengasumsikan komunitas harus mengikuti dan beradaptasi dengan teknologi digital untuk menjadi “modern” atau “up to date.” Penelitian ini melihat inklusi digital dari komunitas kepercayaan dan keagamaan minoritas di bawah Direktorat Kepercayaan dan Komunitas Adat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia.
Melalui studi mendalam tentang dinamika inklusi digital di antara komunitas agama asli, kami telah menemukan jalan yang menjanjikan untuk mendukung implementasi beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya poin 10, 16 & 17. Penggunaan teknologi media/digital bukan hanya sebagai alat tetapi sebagai katalis yang kuat untuk mencapai tujuan-tujuan ini. Laporan oleh Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) dan International Telecommunication Union (ITU) mengungkapkan bahwa lebih dari dua pertiga dari target-target pembangunan berkelanjutan PBB dapat langsung mendapatkan manfaat dari teknologi digital. Laporan ini menegaskan potensi transformasional media/digital, yang dapat memberikan manfaat langsung (solusi digital) kepada 119 dari 169 target SDG, atau sekitar 70 persen, meliputi area seperti tindakan iklim, pendidikan, kelaparan, dan kemiskinan (UNDP, 2023).
Berdasarkan hal ini, penelitian ini bertujuan untuk memetakan aktivitas digital komunitas agama asli, memberikan gambaran tentang tantangan dan peluang mereka dalam menggunakan media digital, dan memahami hubungan antara wacana spiritual/kepercayaan dan teknologi digital. Dengan memahami dinamika inklusi digital di antara komunitas agama asli, tim percaya bahwa upaya untuk mengimplementasikan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) dapat bergerak ke arah yang tepat.
Penulis: Hendrikus Paulus Kaunang