
Pada Rabu (30/04), Program Studi Agama dan Lintas Budaya (Center for Religious and Cross-cultural Studies/CRCS), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), menyelenggarakan Wednesday Forum bertempat di Ruang 307, Lantai 3, Gedung Sekolah Pascasarjana UGM. Forum ini menghadirkan diskusi menarik mengenai peran tokoh agama dalam menghadapi isu perubahan iklim.
Diskusi ini dilatarbelakangi oleh hasil survei nasional yang menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia cenderung lebih mempercayai pemuka agama dalam isu-isu lingkungan dibandingkan dengan pemerintah, aktivis lingkungan, bahkan ilmuwan. Temuan tersebut memunculkan pertanyaan penting mengenai efektivitas peran tokoh agama dalam menjaga lingkungan, khususnya dalam konteks yang melibatkan kepentingan korporasi besar dan kebijakan negara.
Hadir sebagai narasumber, Rev. Jimmy M. Immanuel Sormin mengulas posisi strategis tokoh agama dalam isu lingkungan. Ia menekankan bahwa tokoh agama tidak hanya berperan sebagai penjaga moral, tetapi juga sebagai aktor penting dalam gerakan advokasi lingkungan.
“Masalah moralitas sebenarnya adalah akar dari permasalahan lingkungan yang muncul. Kita tidak bisa menyelesaikan masalah ini hanya dengan metode-metode teknis. Kita perlu melibatkan lebih banyak orang, lebih banyak pemeluk atau kelompok agama karena mereka adalah pemangku kepentingan. Mereka memiliki kapasitas untuk memengaruhi dan menggerakkan masyarakat dalam mengubah gaya hidup serta cara pandang terhadap bumi dan lingkungan,” ujar Jimmy.
Jimmy merupakan penasihat Inisiatif Hutan Hujan Indonesia dan saat ini menjadi anggota kelompok World Council of Churches (WCC) serta komite program Christian Conference of Asia (CCA). Dalam tulisannya, ia menyebutkan bahwa Indonesia menjadi salah satu pelopor dalam upaya mengurangi deforestasi dan menjaga hutan dunia. Pendekatan yang digunakan Indonesia dinilai berbeda dari negara lain karena melibatkan nilai-nilai agama serta kepemimpinan yang aktif bekerja sama dengan aliansi masyarakat adat, akademisi, dan aktivis lingkungan.
Salah satu mahasiswa CRCS yang turut hadir dalam diskusi menyampaikan pandangannya bahwa keterlibatan digital menjadi bagian penting dalam upaya penanggulangan isu iklim. Menanggapi hal ini, Jimmy menekankan pentingnya menyebarkan narasi yang konstruktif di ruang digital.
“Dunia digital adalah dunia nyata yang bisa kita manfaatkan untuk menyebarluaskan pemikiran, agenda, dan menjadikannya ruang dialog,” tuturnya.
Kata kunci: SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim, SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Penulis: Asti Rahmaningrum