Program Studi S2/S3 Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada kembali menyelenggarakan kuliah tamu kepakaran bertajuk “Komunikasi Pembangunan” pada Sabtu (23/11) bertempat di Ruang Sidang A Lantai 5.
Kuliah tamu kali ini menghadirkan dua pakar komunikasi yaitu Drs. Zulkarimien Nasution, M.Sc., seorang dosen Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia (UI) sekaligus penulis berbagai buku komunikasi serta Hazairin Pohan, SH., MA., seorang praktisi komunikasi internasional dan mantan Duta Besar Polandia.
Secara historis, Zulkarimien menjelaskan bahwa mulanya kajian komunikasi pembangunan merupakan diskursus baru di Indonesia dan umumnya masih terintegrasi pada ilmu komunikasi. Hal tersebut kemudian menyebabkan jarangnya perguruan tinggi yang membuka program studi komunikasi pembangunan.
Literatur mengenai komunikasi pembangunan juga jarang ditemukan di Indonesia, sehingga hal tersebut memantik Zulkarimien untuk menulis buku dengan judul “Komunikasi Pembangunan: Pengenalan Teori dan Penerapannya” untuk pertama kali pada tahun 1978. Dari bukunya yang sering dijadikan rujukan, lambat laun diskursus komunikasi pembangunan mulai berkembang seiring dengan munculnya literatur-literatur dan hasil riset lainnya.
Menilik perkembangan diskursus komunikasi pembangunan saat ini, Zulkarimien menegaskan bahwa komunikasi pembangunan tetap relevan dengan urgensinya masih adanya kesenjangan sosial seperti kemiskinan dan keterbelakangan. Ia berpendapat bahwa komunikasi pembangunan bukan sekadar transfer teknologi, melainkan upaya untuk memberdayakan masyarakat. Pembangunan harus bersifat holistik, tidak hanya fisik tetapi juga mental dan spiritual.
“Komunikasi pembangunan yang efektif dapat menjadi alat yang ampuh untuk memberdayakan masyarakat miskin, meningkatkan kesadaran mereka akan hak-hak mereka, dan mendorong partisipasi mereka dalam proses pembangunan,” ujar Zulkarimien.
Senda dengan dengan Zulkarimien, Hazairin turut menegaskan bahwa komunikasi pembangunan juga memiliki urgensi pada hubungan diplomatik suatu negara. Ia menyoroti pentingnya diplomasi yang efektif untuk mencapai tujuan nasional. Ia memandang Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi besar untuk maju menjadi penentu arah dinamika geopolitik kawasan Asia Pasifik, yang memiliki kekuatan global. Dengan segala potensi yang dimiliki, Indonesia perlu lebih proaktif dalam memanfaatkan pengaruhnya untuk menciptakan perdamaian dunia dan membangun tatanan dunia yang lebih baik.
Dengan pengalaman panjangnya sebagai diplomat, Huazairin menekankan bahwa sebagai negara dengan populasi muslim terbesar, Indonesia memiliki potensi untuk menjadi kekuatan utama di dunia Islam. Lebih lanjut, Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dengan kearifan budayanya yang beraneka ragam. Dengan segala potensi yang dimiliki, Indonesia perlu lebih proaktif dalam memanfaatkan pengaruhnya untuk menciptakan perdamaian dunia yang lebih baik sesuai amanat UUD 1945. “Dengan adanya pemerintahan yang baru, kami berharap Indonesia menjadi lebih aktif di panggung dunia dan kembali berperan sebagai pemimpin regional di kawasan ASEAN bahkan dunia,” pungkas Hazairin.
Selain menyajikan perspektif narasumber, kuliah tamu ini juga membuka ruang diskusi untuk bertukar pandangan dan refleksi akan urgensi bidang komunikasi pembangunan dan kaitannya dengan posisi Indonesia dalam hubungan internasional di masa depan.
Kegiatan ini juga selaras dengan implementasi SDGs Nomor 1 tentang kemiskinan, Nomor 4 tentang pendidikan berkualitas serta nomor 17 tentang kerjasama untuk mencapai tujuan
Penulis: Yeni Yuliati
Editor : Arni Wistriatun