
Program Studi Kajian Budaya dan Media (Prodi KBM), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan acara Research Week pada 17-21 Februari 2025 secara daring melalui Zoom Meeting.
Acara ini merupakan kegiatan rutin tahunan yang diselenggarakan pada awal tahun sebagai wadah untuk sharing pengalaman terkait penelitian. “Melalui Research Week, Prodi KBM berupaya agar mahasiswa bisa memahami karakter-karakter riset di Prodi KBM serta diskusi terkait topik penelitian yang akan diambil”, ujar Elok Santi Jessica, Koordinator Jaminan Mutu Prodi KBM.
Acara Research Week ini mengundang alumni mahasiswa Prodi KBM sebagai narasumber sekaligus mewadahi mereka untuk mendiseminasikan hasil penelitian. Sesi pertama yang mengambil tema Seni, Aktivisme, dan Politik Memori diselenggarakan pada Senin (17/02) dengan mengundang tiga alumni Prodi KBM yaitu Prahasti Wilujeng Putri, Muhammad Fahmi Nurcahyo, dan Sukma Smita Grah Brilianesti.
Pada kesempatan ini Prahasti membahas tentang buruh di Yogyakarta yang menghadapi satu entitas dengan peran berbeda yaitu Sultan, Gubernur, dan Pemilik Modal. Fenomena ini turut mewarnai peristiwa-peristiwa di masyarakat seperti gerakan buruh dan cara berpikir rakyatnya. Dalam penelitiannya Prahasti ingin melihat bagaimana konstruksi demonstrasi buruh yang dilakukan di Yogyakarta serta bagaimana sifat radikalitas, anti struktur, dan iterabilitas dalam performans demonstrasi mengungkapkan relasi kuasa antara pihak yang didemo dan pihak yang mendemo.
Sementara itu, Fahmi mengangkat penelitian tentang politik memori masa kecil penyintas lumpur lapindo. Sebagai warga Sidoharjo, Fahmi meyakini bahwa tragedi lumpur lapindo merupakan bencana industri. Dalam penelitiannya Fahmi menyebutkan bahwa praktik mengingat bencana merupakan bagian dari proses pemulihan para penyintas di tempat yang baru. Kejadian di masa lalu bukan berarti harus dilupakan tetapi sebagai dorongan untuk terus belajar dan menjadi warisan untuk generasi mendatang.
Melalui latar belakang sebagai seorang pekerja seni budaya, Sukma meneliti bagaimana sistem kerja mempengaruhi berbagai dinamika sosial bahkan merentankan para pekerja sukarela atau volunteer. Sukma menyimpulkan sistem kerja pada pekerja sukarela tidak menguntungkan dan berpotensi membuka jalan untuk eksploitasi. Meskipun demikian, terdapat usaha terciptanya perubahan dengan menggarisbawahi bahwa penting adanya persyaratan yang jelas, kompensasi yang lebih baik, dan evaluasi ulang terhadap model-model kerja saat ini.
Penulis: Asti Rahmaningrum