
Konsumsi tembakau kerap dilekatkan pada laki-laki dan dianggap sebagai produk maskulinitas. Realisasinya, perempuan (yang bekerja sebagai petani tembakau) mempunyai peran sangat besar dalam proses produksi tembakau baik dalam aspek budidaya, ritual, rumah tangga, hingga ekonomi tembakau. Di musim tembakau, perempuan bekerja tanpa henti mulai dari menyiapkan berbagai ritual untuk musim tembakau, menyiapkan makanan pada saat proses produksi tembakau serta mengambil peran pekerjaan dalam memproduksi tembakau.
“Peran perempuan seringkali tidak dianggap atau dihapuskan karena maskulinitas, hal ini penting untuk dilakukan demaskulinisasi agar peran perempuan lebih dianggap dalam proses produksi tembakau”, ungkap Laila Dhiah Indriani, alumni mahasiswa Program Studi Magister Kajian Budaya dan Media (Prodi KBM) pada acara Research Week yang diselenggarakan Rabu (19/02) secara daring melalui Zoom Meeting.
Pelemahan peran perempuan juga dialami oleh perempuan Suku Kokoda Maibo di Papua Barat. Mereka mengalami kekerasan negara, kekerasan rumah tangga, dan diskriminasi budaya serta perlakuan yang berbeda dengan perempuan elit lokal yang memiliki akses pendidikan. Hal ini disampaikan oleh Siti Rahayu Fatimah Renfaan dalam penelitiannya yang berjudul “Pelayanan dan Perlawanan Perempuan Suku Kokoda Maibo dalam Dinamika Sosial Budaya di Papua Barat Daya”.
Menghadapi situasi tersebut, perempuan Suku Kokoda melakukan perlawanan dan negosiasi meskipun secara tertutup. “Perlawanan yang paling mencolok adalah melalui negosiasi identitas mereka sebagai istri dan ibu ideal”, tambah Siti. Siti menyimpulkan meskipun perlawanan perempuan Suku Kokoda belum bisa dilakukan secara terbuka namun mereka menunjukkan bahwa masalah seberat apapun tidak menghancurkan hidup mereka.
Pada sesi kedua Research Week ini, Hasan Labiqul Aqil juga berbagi tentang penelitiannya mengenai “Analisis Wacana Kritis Pemberitaan Kelompok Syiah Sampang dalam Media Daring Lokal Madura”. Dalam penelitiannya, Hasan mengungkapkan bahwa media cenderung memihak kelompok dominan dengan menggambarkan kelompok Syiah secara negatif dan menyederhanakan kompleksitas situasi yang mereka hadapi. Media juga berfokus untuk menarik perhatian pembaca demi keuntungan ekonomi dibandingkan menjadi platform bagi suara-suara yang terpinggirkan atau kurang terwakili.
Setelah presentasi dari ketiga alumni, acara Research Week ditutup dengan sesi tanya jawab. Mahasiswa Prodi KBM bisa berdiskusi untuk mendapat inspirasi dan gambaran penelitian yang akan mereka kerjakan. Selain sebagai wadah diskusi terkait penelitian, acara ini juga merupakan bagian dari promosi Prodi KBM dalam menyebarkan wawasan mengenai apa saja yang dipelajari di Prodi KBM.
Penulis: Asti Rahmaningrum