
Rabu (5/3), Program Studi Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (SPs UGM) berkolaborasi dengan Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) UGM menyelenggarakan gelar wicara bertajuk “Pergi atau Bertahan? Dilema Generasi Muda dalam Fenomena #KaburAjaDulu.” Diselenggarakan secara luring, tema gelar wicara ini diangkat sebagai respon atas tren #KaburAjaDulu yang tengah viral diberbagai media sosial.
#KaburAjaDulu, sebuah ajakan untuk meninggalkan Indonesia dan mencari peluang baru di luar negeri, telah menjadi topik perbincangan hangat di kalangan generasi muda belakangan ini. Ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah ditambah berbagai kasus korupsi yang mencuat mendorong generasi muda untuk menyampaikan suara mereka melalui tagar tersebut. Namun lebih jauh dari sebuah suara, #KaburAjaDulu dapat menjadi sebuah refleksi dari realitas sosial dan kebijakan pemerintah.
Dipandu oleh Dr. Tauchid Komara Yudha, MDP sebagai moderator, Prof. Dr. Sukamdi (Dosen dan Peneliti Senior PSKK UGM), Dr. Media Wahyudi Askar, M.Sc. (Dosen UGM) dan Judha Nugraha (Direktur Perlindungan WNI, Kementerian Luar Negeri, Republik Indonesia) hadir sebagai pembicara dalam gelar wicara ini untuk berbagi pandangan kritis terhadap tren #KaburAjaDulu dari berbagai perspektif.
“Kalau kita melihat fenomena ini, sebenarnya ada dua implikasi yang perlu kita perhatikan, yang pertama implikasi positif dari sisi individu karena dapat meningkatkan pendapatan sehingga ekonominya meningkat, tetapi juga ada negatifnya. Salah satu sisi negatifnya adalah brain drain, kita akan kehilangan banyak tenaga terampil yang tentunya akan menghambat proses pembangunan kita” pungkas Sukamdi.
Lebih lanjut, Media turut menyampaikan pandangannya. Ia menuturkan bahwa fenomena ini merupakan perlawanan paling elegan yang dilakukan oleh anak muda hari ini dan harus disikapi hati-hati oleh pemerintah. Tantangan ekonomi yang semakin berat ditambah dengan banyaknya kebijakan pemerintah yang tidak berpihak pada rakyat menjadi alasan logis bagi anak-anak muda untuk pergi bekerja di luar negeri. Tetapi lebih jauh dari itu, Media menyampaikan sisi lain dari fenomena ini.
“Bayangkan jika semua anak muda terbaik negeri ini pergi dari Indonesia? Ini refleksi yang harus kita pikirkan bersama. Ketika itu terjadi, kita akan kehilangan generasi emas” ujar Media.
Direktur Perlindungan WNI, Judha Nugraha, juga memberikan perspektif lebih luas. Judha menuturkan bahwa migrasi penduduk Indonesia ke luar negeri telah berjalan sejak lama jauh sebelum tren #KaburAjaDulu. Setiap tahunnya, jumlah migrasi penduduk terus meningkat dan pertimbangan ekonomi menjadi salah satu alasan utama bagi mayoritas kasus. Di satu sisi, migrasi ke luar negeri membawa dampak positif bagi pembangunan Indonesia termasuk di bidang ekonomi karena dengan adanya penduduk Indonesia di luar negeri akan menciptakan permintaan produk-produk lokal sehingga mendorong ekspor. Namun lebih dari itu, Judha menuturkan bahwa sebelum proses migrasi, setiap orang yang akan menjadi pekerja di luar negeri tentunya membutuhkan pertimbangan dan persiapan yang matang, jangan sampai hanya didorong impulsivitas.
Gelar wicara ini berjalan lancar dan ditutup dengan sesi diskusi dari para hadirin. SPs berharap dengan adanya kegiatan ini dapat membuka perspektif baru terhadap isu yang terjadi di masyarakat.
Penulis: Muthia Nur Arifah