
Dalam rangka memperingati Hari Wayang Nasional, Program Studi Magister Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (PSPSR), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (SPs UGM), melalui pusat kajian CEMPALA (Center for Multidisciplinary Expertise in Arts, Language, and Anthropology), menyelenggarakan kegiatan internasional bertajuk “Wayang World 2025: Exploring Global Puppet Traditions”. Acara ini digelar pada Jumat, 7 November 2025, di Museum Ullen Sentalu, Sleman, serta disiarkan secara daring melalui kanal live streaming.
Mengusung konsep pameran, diskusi, dan pertunjukan wayang lintas budaya, Wayang World 2025 menghadirkan kolaborasi antara seniman, akademisi, dan lembaga kebudayaan dari berbagai negara. Kegiatan ini menjadi ruang pertemuan bagi para pecinta seni dan peneliti untuk mengeksplorasi keragaman tradisi wayang di dunia sekaligus memperkuat jejaring kerja sama internasional.
Pada sesi “On-site Photo Exhibition & Talk”, pengunjung disuguhkan pameran foto shadow puppets dari Yunani, Thailand, Kamboja, dan Malaysia. Diskusi menghadirkan Constantine Korsovitis sebagai pembicara, Jason Karainadros sebagai kontributor, dan dimoderatori oleh Dr. G.R. Lono L. Simatupang, M.A. Kegiatan diskusi ini menggunakan dua bahasa (Indonesia–Inggris) dan berlangsung pukul 09.00–12.00 WIB di Museum Ullen Sentalu.
Sementara itu, sesi “Online Performance & Talk” menampilkan pertunjukan daring berbagai bentuk wayang dunia, antara lain Tholpavakoothu Ramayana oleh Matthew Cohen dan Rahul Kunathara, Wayang Menak Dewi Rengganis oleh Ki Sukarno Widiprayitno, Wayang Menak Iskandar Zulkarnain oleh Rudy Wiratama, serta Wayang Menak Ampak² Supit Urang oleh Dimas Al Hafid. Tak ketinggalan, Menak Persian Story oleh Yasmin Mazloom, Moondance Puppetry oleh Sequoia Erickson, dan Wayang Sutasoma oleh Nyoman Sedana turut memperkaya dialog seni pertunjukan lintas negara ini.
Kegiatan ini terselenggara atas kerjasama CEMPALA, PSPSR SPs UGM, Yale University Art Gallery, Museum Sonobudoyo, Museum Panji, Ullen Sentalu Museum, University of Connecticut (UCONN), University of Kent (UKJGS), serta berbagai lembaga seni dan komunitas budaya nasional maupun internasional.
Menurut Dr. Rr. Paramitha Dyah Fitriasari, M.Hum., koordinator kegiatan, Wayang World 2025 diharapkan menjadi ajang untuk menumbuhkan minat dan pemahaman masyarakat terhadap nilai-nilai filosofis dalam pertunjukan wayang sekaligus mendorong riset lintas budaya dalam bidang seni pertunjukan tradisional.
“Wayang bukan hanya warisan Indonesia, tetapi juga bagian dari dialog kebudayaan dunia. Melalui Wayang World 2025, kita membuka ruang bagi pertukaran pengetahuan dan penghargaan lintas bangsa terhadap tradisi wayang,” ujarnya.
Penulis: Asti Rahmaningrum