Direktorat Pendidikan dan Pengajaran Universitas Gadjah Mada (DPP UGM) menyelenggarakan acara bertajuk: “Sharing Session Penerimaan Mahasiswa Baru Program Pascasarjana” pada Selasa, 25 November 2025, pukul 14.00–15.00 WIB secara daring melalui Zoom. Acara ini diperuntukkan bagi calon mahasiswa klaster Sekolah Pascasarjana Batch 2 dan menghadirkan tiga narasumber: Prof. Dr. Armaidy Armawi, M.Si. (Kaprodi Doktor Ilmu Ketahanan Nasional), Ir. Rini Dharmastiti, M.Sc., Ph.D., IPM., ASEAN Eng. (Kaprodi Magister Teknik Biomedis), dan Dr. Priyaji Agung Pambudi, S.Pd., M.Si. (Koordinator Unit Kerja Sama, Humas, dan Promosi).
Pertemuan dibuka dengan paparan Dr. Priyaji yang menguraikan struktur pendidikan pascasarjana UGM. Ia menjelaskan bahwa Sekolah Pascasarjana menaungi berbagai program magister dan doktor yang telah meraih akreditasi unggul nasional maupun rekognisi internasional. Priyaji juga memperkenalkan program fast track, yang memungkinkan mahasiswa S1 menempuh sebagian studi magister secara paralel, serta program double degree yang melibatkan kerja sama UGM dengan universitas mitra di luar negeri. Selain menjelaskan alur administrasi pendaftaran—mulai dari pengunggahan dokumen hingga proses seleksi—Priyaji turut memberikan gambaran mengenai berbagai skema beasiswa yang dapat diakses mahasiswa.
Setelah pemaparan umum mengenai Sekolah Pascasarjana, sesi berikutnya menghadirkan Prof. Armaidy Armawi untuk menjelaskan Program Doktor Ilmu Ketahanan Nasional. Ia menguraikan sejarah pembentukan program pada 2020 dan menekankan sifat interdisipliner kajiannya, yang mencakup geopolitik, strategi kebijakan publik, dan isu ketahanan negara. Prof. Armaidy juga memaparkan bahwa lebih dari seribu alumni telah dihasilkan dalam empat tahun terakhir, dengan persebaran karier yang luas mulai dari lembaga intelijen negara, Bakamla, hingga Bappenas. Menurutnya, ketahanan nasional tidak semata berbicara soal pertahanan, melainkan kesiapan kolektif menghadapi dinamika sosial-politik yang terus berubah.
Sesi dilanjutkan dengan pemaparan Ir. Rini Dharmastiti mengenai Program Magister Teknik Biomedis. Ia menekankan bahwa program ini sedang memperkuat ekosistem akademiknya melalui proses transfer mahasiswa ke Sekolah Pascasarjana, dengan tujuan memperluas ruang kolaborasi lintas disiplin. Rini menyoroti pentingnya pengembangan perangkat medis lokal dan kebutuhan meningkatkan ketahanan kesehatan nasional melalui inovasi dan riset interdisipliner. Ia juga memaparkan jejaring kolaborasi program yang melibatkan lembaga riset, industri teknologi medis, dan rumah sakit baik di dalam negeri maupun internasional. Program ini, menurutnya, membuka peluang riset tingkat lanjut sekaligus mencetak lulusan yang siap berkontribusi pada standar kesehatan global.
Diskusi mengenai Teknik Biomedis kemudian berkembang ke kurikulum, struktur penelitian, dan prospek karier bagi lulusan. Baik jenjang magister maupun doktor menawarkan kesempatan untuk terlibat dalam penelitian pengembangan perangkat medis, kolaborasi internasional, serta pemanfaatan teknologi kesehatan mutakhir. Di penghujung sesi, Dr. Priyaji menekankan kembali ragam skema pendanaan, termasuk beasiswa UKT, dana penelitian tugas akhir, dan jalur pendanaan LPDP untuk program gelar ganda.
Acara ditutup dengan sesi tanya jawab yang berlangsung interaktif. Peserta mengajukan pertanyaan terkait persyaratan penerimaan, peluang beasiswa, hingga mekanisme program double degree. Narasumber memberikan arahan lanjutan, antara lain mendaftar program Bioteknologi Double Degree melalui LPDP, berkonsultasi dengan alumni program untuk memperoleh gambaran rinci, serta mengakses informasi lengkap mengenai pendaftaran pascasarjana melalui situs um.ugm.ac.id.
Sharing Session ini memperlihatkan komitmen UGM dalam menyediakan ruang dialog yang terbuka serta menyampaikan informasi yang transparan bagi calon mahasiswa. Melalui pemaparan yang komprehensif dan reflektif, UGM menegaskan perannya dalam menyiapkan ekosistem pendidikan pascasarjana yang adaptif, kolaboratif, dan berdaya saing global.
Penulis: Hesty N Tyas
Editor : Yeti Susilowati