Rangkaian kegiatan Lustrum VIII Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada (SPs UGM) kembali digelar dalam The 12th International Graduate Students and Scholars’ Conference in Indonesia (IGSSCI) pada 7-8 November 2023.
The 12th International Graduate Students and Scholars’ Conference in Indonesia (IGSSCI) diselenggarakan demi mendukung SDGs nomor 4 tentang Kualitas Pendidikan/Quality Education di kalangan mahasiswa pascasarjana UGM.
76 makalah oleh pemakalah dari tiga negara yaitu Indonesia, Italia, dan Prancis dipresentasikan pada parallel sessions dihadapan 150 peserta, yang bertempat di Gedung Lengkung, SPs UGM. Sebanyak 27 pembicara kompeten dari berbagai negara yaitu Indonesia, Singapura, Malaysia, Filipina, India, Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, dan Swiss saling bertukar pikiran pada main sessions secara luring maupun daring melalui zoom meeting.
The 12th IGSSCI mengangkat tema etika dan akuntabilitas dalam bidang politik, ilmu pengetahuan, dan profesi. Dekan SPs UGM, Prof. Ir. Siti Malkhamah, M.Sc., Ph.D. menyampaikan bahwa “Penelitian ilmiah dan teknologi terbaru telah menunjukkan adanya kesenjangan, polarisasi, konflik, dan perang. Tema IGSSCI tahun ini sangat relevan dengan kondisi sekarang, mengingat Indonesia akan kembali menyelenggarakan pemilihan presiden dan wakil presiden 2024. Tentunya kita berharap situasi ini tidak membawa polarisasi.” ucap Dekan.
Alasan mengapa perkembangan dalam bidang biomedis dan bioteknologi juga semakin jelas dikarenakan adanya batasan etis. Beberapa profesi yang kita lakukan hampir di semua aspek kehidupan, sudah dimudahkan dengan kecerdasan buatan (AI). Melalui IGSSCI, peneliti, akademisi, dan praktisi dari berbagai disiplin ilmu berkesempatan untuk berdiskusi mengenai pentingnya pemahaman etika dan akuntabilitas di berbagai bidang tersebut.
“Perkembangan ilmu pengetahuan saat ini menunjukkan sejumlah permasalahan mendasar yang berkaitan dengan etika dan akuntabilitas. Sebagai akademisi kita harus bisa membuat keputusan untuk melakukan mana yang benar dan salah, serta mana yang diterima dan tidak. Saya berharap kita dapat saling memotivasi dan terinspirasi satu sama lain untuk membuat pilihan yang tepat”, ujar Dicky Sofjan, MPP, M.A., Ph.D., selaku ketua panitia The 12th IGSSCI.
Salah satu pembicara pada The 12th IGSSCI yaitu Prof. Frans Wisjen dari Radboud University menjelaskan bahwa dunia akademik sangat kompetitif, jika kita berbicara tentang etika dalam sains kita harus percaya pada kompas moral sivitas akademika dan sadar akan konsekuensi dari apa yang kita katakan serta lakukan.
Sementara itu, Porf. Purwo Santoso dari Departemen Politik dan Pemerintahan UGM menjelaskan mengenai etika kewarganegaraan dalam menjalankan kontrol rakyat, serta Prof. Michael Northcott dari Edinburgh University menjelaskan mengenai etika dalam modifikasi genetik sel dan organisme.
Berlangsung selama dua hari, makalah-makalah yang telah dipresentasikan pada The 12th IGSSCI akan diterbitkan melalui prosiding IGSSCI atau jurnal nasional terindeks.
Adhitya Nini RA (Universitas Mataram), Medaneo Wahyu P (UGM), dan Tria Noviantika (UGM) dianugerahi sebagai Best Presenter pada The 12th IGSSCI.
Sementara itu, untuk kategori Best Paper diberikan pada makalah berjudul “Ethics in Mental Health Advocation for College Students with Suicidal Attempts: Reflections on Buddhist Psychology” oleh Fuji Riang P (UGM), “Ethics, Artificial Intelligence, and Bioindustry: Cross-Disciplinary Conversations for Ethical AI Implementation in Indonesia” oleh Sri Yulita dkk. (UGM), serta “Virtual Violence and New Media Ethics: The Boundary Between Expression and Threat” oleh Hasan Sazali dan Abdul Rahman M (UIN Sumatera Utara).
Penyelenggaraan The 12th IGSSCI juga berkolaborasi dengan Globethics dan menghadirkan special panels dari Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS), Institute for Indonesian Academic Partnership (IIAP), dan Focolare Movement. (SPs/Asti)
Berita tentang ini juga dimuat di http://ugm.ac.id/id/berita/igssci-ke-12-kembali-digelar-membawakan-isu-etika-dalam-politik-sains-dan-profesi/