The Association for Asian Studies (AAS) in Asia 2024 resmi diselenggarakan pada 9-11 Juli 2024 yang diikuti oleh sekitar 1300 peserta dari 45 negara. Universitas Gadjah Mada (UGM) resmi didaulat sebagai tuan rumah konferensi internasional tersebut. Sehari sebelum penyelenggaran AAS in Asia 2024, pada Senin malam, 8 Juli 2024 Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS) dan Indonesian Consortium for Religious Studies (ICRS) menyelenggarakan talkshow yang membahas studi agama di Indonesia. Talkshow ini merupakan kegiatan pembuka AAS in Asia 2024 dengan mengangkat judul “The Future of the study of Religion in Indonesia: Opportunities and Challenges”.
Diselenggarakan di Auditorium Lantai 5, Gedung Sekolah Pascasarjana UGM, talkshow menghadirkan empat pembicara terkemuka yaitu Robert Hefner (Boston University), Greg Fealy (Australian National University), Lena Larsen (University of Oslo), dan Nelly van Doorn-Harder (Wake Forest University). Hadir dan turut memberikan sambutan dalam acara yaitu Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerja Sama, Sekolah Pascasarjana UGM, Dr. Widyanto Dwi Nugroho, S.Hut., M.Agr. “Talkshow ini menjadi kegiatan pembuka AAS in Asia 2024 yang menyebarkan semangat positif untuk berbagi pengalaman. Selamat menikmati talkshow yang menarik ini dalam mempelajari studi keagamaan di Indonesia”, ujar Dr. Widyanto.
Kepala Program Studi Magister CRCS, Dr. Samsul Maarif, M.A. turut mempromosikan Prodi Inter Religious Studies (IRS), Sekolah Pascasarjana UGM dihadapan 200 peserta AAS in Asia 2024 yang hadir. Dr. Samsul menekankan bahwa kekuatan IRS ada pada studi agama-agama khususnya Islam yang belum ada di perguruan tinggi lain di Indonesia. “Untuk jenjang magister (S2) diselenggarakan oleh CRCS, sementara untuk jenjang doktor (S3) diselenggarakan oleh ICRS, sebuah konsorsium kolaborasi dari tiga perguruan tinggi di Yogyakarta yaitu UGM, UIN Sunan Kalijaga, dan Universitas Kristen Duta Wacana”, tambah Dr. Samsul.
Prof. Dr. Fatimah Husein, Direktur Asosiasi ICRS menjadi moderator yang memandu jalannya talkshow. Prof. Fatimah memberikan kesempatan pertama kepada Robert Hebner yang telah berpengalaman selama empat dekade melakukan penelitian mendalam tentang agama di Indonesia dan Asia Tenggara. Hefner sangat terpukau dengan Indonesia yang bisa memadukan kolaborasi antara negara dan agama sebagai bagian yang tidak terpisahkan. Agama justru berperan untuk menguatkan demokrasi yang berjalan meski dalam praktiknya terdapat tantangan yang dihadapi. Sementara itu pembicara kedua Nelly van Doorn-Harder fokus membahas pemberdayaan perempuan dalam memberi edukasi konsep kebebasan beragama.
Lena Larsen berbagi wawasan mengenai kesamaan tantangan yang dihadapi Indonesia dengan Eropa Intoleransi dan ujaran kebencian dapat menyebabkan konflik dalam praktik beragama. Greg Fearly menjadi pembicara terakhir membahas tentang praktik kelompok agama yang diboncengi oleh faktor politik. Beliau belum mampu mengungkapkan lebih rinci karena fenomena tersebut perlu diteliti lebih mendalam.
Kata kunci: konflik, pemberdayaan perempuan, SDG 5: Kesetaraan Gender, SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan yang Tangguh, SDGs.
Penulis: Asti Rahmaningrum