Yogyakarta, 8 Mei 2025 — Nuansa hangat bulan syawal berpadu dengan semangat seni dan kebersamaan dalam acara Syawalan Seni yang diselenggarakan Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (PSPSR) Sekolah Pascasarjana UGM. Kegiatan yang berlangsung pada Kamis, 8 Mei 2025 di Auditorium Lantai 5 Sekolah Pascasarjana ini mengusung tema “Menjalin Silaturahmi, Menggelar Apresiasi”, dan dihadiri oleh lebih dari 60 alumni dari berbagai angkatan, serta dosen dan sivitas akademika.
Syawalan ini bukan sekadar temu kangen pasca-Lebaran, tetapi juga menjadi ruang refleksi dan apresiasi terhadap perjalanan para alumni yang telah berkiprah di berbagai bidang, baik sebagai akademisi, seniman, peneliti, maupun praktisi budaya. Suasana cair dan penuh nostalgia menyelimuti ruangan sejak awal acara, yang diawali dengan penampilan tari sebagai bentuk penghormatan terhadap akar budaya dan semangat berkesenian yang selama ini menjadi identitas PSPSR.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi perkenalan para pembicara yang juga merupakan dosen pengampu dan tokoh penting dalam pengembangan keilmuan seni pertunjukan dan seni rupa di UGM, yakni Dr. Raden Rara Paramitha Dyah Fitriasari, S.Ant., M.Hum. dan Dr. Aris Setiawan, S.Sn., M.Sn. Keduanya membagikan pandangan reflektif mengenai pentingnya menjaga jejaring alumni sebagai kekuatan intelektual dan kultural dalam menghadapi tantangan zaman.
Dr. Aris Setiawan, dalam paparannya, menekankan bahwa alumni PSPSR adalah wajah dari keberhasilan pendidikan yang memadukan kajian seni dengan konteks sosial, budaya, dan teknologi. “Silaturahmi seperti ini penting untuk membangun kembali kesadaran bahwa seni bukan hanya soal ekspresi, tetapi juga kontribusi terhadap perubahan,” inti garis besar dari ujarnya.
Sementara itu, Dr. Paramitha Dyah Fitriasari menggarisbawahi nilai kemanusiaan dalam seni, yang menurutnya tidak bisa dipisahkan dari praktik kehidupan sehari-hari. Ia mengajak para alumni untuk terus berkolaborasi lintas bidang dan memperkuat posisi seni dalam wacana pembangunan yang berkelanjutan.
Diskusi yang berlangsung hangat itu tidak hanya menjadi ruang bertukar cerita, tetapi juga wadah aktualisasi gagasan. Beberapa alumni turut menyampaikan pengalaman mereka setelah menyelesaikan studi, mulai dari keterlibatan dalam proyek-proyek seni berbasis komunitas, budaya, hingga pengembangan literasi seni.
Acara ditutup dengan sesi foto bersama, namun bukan tanpa makna. Sesi tersebut menjadi simbol kebersamaan yang abadi, lintas generasi, lintas profesi, dan lintas wilayah. Syawalan Seni kali ini menjadi pengingat bahwa rumah keilmuan PSPSR bukan hanya tempat belajar, tetapi juga ruang tumbuh bersama, tempat pulang bagi mereka yang telah menempuh jalan panjang sebagai seniman dan pengkaji seni.
Dengan semangat Syawal yang sarat makna kebersihan hati dan keterbukaan, acara ini diharapkan mampu memperkuat jejaring alumni sebagai kekuatan kolektif yang berperan aktif dalam pengembangan seni dan budaya di Indonesia dan dunia. Tak hanya menyambung silaturahmi, tetapi juga menyambung kontribusi.
Penulis: Burhanul Aqil



