Yogyakarta, 10 Juni 2025-Kolaborasi strategis antara institusi pendidikan tinggi dan organisasi masyarakat sipil kembali menghasilkan dampak positif bagi lingkungan. Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) melalui Program Studi Magister Ilmu Lingkungan, menggandeng Yayasan Aksi Konservasi Yogyakarta (Fourkey Yogyakarta), sukses menyelenggarakan rangkaian kegiatan “Funtastic Without Plastic: Save Nature for the Future” pada Sabtu, 31 Mei 2025. Acara ini merupakan bagian dari peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 yang mengusung tema global “Ending Plastic Pollution
Kegiatan ini secara khusus menyoroti tema “Ending Plastic Pollution” dengan fokus pada aksi nyata di wilayah pesisir Bantul. Rangkaian diawali dengan seminar ilmiah yang berlokasi di Parangtritis Geomaritime Science Park. Seminar ini menghadirkan pakar dari pemerintah, Dr. Ir. Ammy Nurwati, M.M., Sekretaris Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) Kementerian Kehutanan RI, serta praktisi komunitas, Daru Aji Saputra S.Si., Founder Fourkey Yogyakarta. Mereka berbagi wawasan komprehensif tentang tantangan keanekaragaman hayati dan peran generasi muda dalam pelestarian ekosistem pesisir. Diskusi yang dinamis ini dipandu oleh Dr. Priyaji Agung Pambudi, S.Pd., M.Si., Dosen Magister Ilmu Lingkungan UGM, dan diikuti oleh 200 peserta secara hybrid, baik langsung di lokasi maupun daring. Pemilihan lokasi seminar di Parangtritis menekankan urgensi permasalahan polusi plastik di ekosistem pesisir.
Puncak dari rangkaian kegiatan ini adalah aksi peduli lingkungan yang melibatkan 150 peserta di Pantai Pelangi. Kerja sama erat antara UGM dan Fourkey Yogyakarta terlihat jelas dalam implementasi program ini, menunjukkan model efektif dari Sustainable Development Goal (SDG) 17 tentang Kemitraan untuk Tujuan. Aksi ini dirancang dengan tiga komponen utama untuk mendukung konservasi ekosistem pesisir secara terintegrasi. Pertama, para peserta terlibat langsung dalam pembersihan sampah plastik di Pantai Pelangi. Aksi ini tidak hanya mengurangi polusi secara fisik, tetapi juga berfungsi sebagai edukasi langsung tentang dampak jangka panjang plastik terhadap ekosistem laut. Inisiatif ini selaras dengan tema global Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025 dan mendukung SDG 12 tentang Konsumsi dan Produksi Bertanggung Jawab.
Kedua, sebagai langkah restorasi ekosistem pesisir, dilakukan penanaman 400 bibit pandan laut. Penanaman ini memiliki peran vital dalam mencegah abrasi pantai, menjaga stabilitas garis pantai, dan menyediakan habitat bagi berbagai spesies fauna pesisir. Kegiatan ini berkontribusi signifikan terhadap SDG 13 tentang Aksi Iklim melalui peningkatan kapasitas penyerapan karbon, serta mendukung SDG 15 tentang Kehidupan di Darat dalam upaya pemulihan degradasi lahan dan perlindungan keanekaragaman hayati.
Ketiga, momen puncak adalah pelepasliaran 90 ekor tukik. Ini menjadi simbol komitmen jangka panjang terhadap konservasi spesies terancam punah. Pelepasliaran tukik secara langsung mendukung SDG 14 tentang Kehidupan Bawah Air melalui upaya perlindungan keanekaragaman hayati laut dan pencegahan kepunahan spesies, sekaligus menjadi investasi untuk keberlanjutan populasi penyu di perairan Indonesia.
Keberhasilan “Funtastic Without Plastic: Save Nature for the Future” menggarisbawahi efektivitas pendekatan holistik yang menggabungkan pengetahuan ilmiah dari perspektif pemerintah (Dr. Ammy Nurwati) dan pengalaman praktis dari organisasi masyarakat sipil (Daru Aji Saputra). Kolaborasi ini diharapkan tidak hanya menginspirasi institusi pendidikan lainnya dalam mengembangkan program inovatif untuk pembangunan berkelanjutan, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi masyarakat lokal Kabupaten Bantul melalui peningkatan kualitas lingkungan pesisir dan potensi pengembangan ekowisata berkelanjutan.
Program Studi Magister Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana UGM menegaskan kembali komitmennya untuk terus berkontribusi dalam pelestarian lingkungan melalui pendidikan pascasarjana, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Ini juga memperkuat posisi Indonesia dalam menghadapi krisis iklim dan polusi plastik.
Penulis: Berlian Belasuni




