Pakualaman merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Kasultanan Yogyakarta, kadipaten ini menjadi tempat perkembangan kebudayaan dan kepemimpinan selama berabad-abad. Pusat pemerintahan Kadipaten Pakualaman berada di Pura Pakualaman, sebuah bangunan istana yang sarat nilai-nilai kepemimpinan. Gapura utama Pura Pakualaman memiliki pesan “Wiwara Kusuma Winayang Reka” yang merujuk pada tahun kelahiran K.G. Paku Alam I pada tahun 1764 Masehi sebagai pengayom keadilan dan kebijaksanaan. Sementara di regol sisi barat terdapat pesan bahwa kepandaian terwujud berkat ketekunan berusaha disertai kesabaran, ketangguhan, dan pikiran optimis yang diistilahkan sebagai “Guna Titi Purun”.
Pedoman bersikap laku oleh Paku Alam I diabadikan melalui warisan manuskrip yang tersimpan di area Perpustakaan Pura Pakualaman. Manuskrip berjudul piwulang Sestradi di dalamnya terdapat 21 butir watak baik dan 21 butir watak buruk. Di bagian regol sisi timur terdapat pesan “Engeta Angga Pribadi” yang artinya “ingatlah pada diri sendiri” merujuk pada pedoman perilaku pada warisan manuskrip tersebut.
Nilai-nilai kepemimpinan ini didapat oleh Mahasiswa Program Studi Magister Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada dalam kunjungan lapangan ke Pura Pakualaman pada Rabu (19/06). Dalam kunjungan tersebut, sebanyak 20 mahasiswa mengikuti perkuliahan yang disampaikan oleh Nyi M.T. Sestraukmi (Dr. Sri Ratna Saktimulya, M.Hum) mengenai kepemimpinan yang berbudaya. Dr. Ridwan Ahmah Sukri, M.Hum. sebagai dosen pengampu mata kuliah “Kepemimpinan dan Transformasi Budaya” turut serta dalam kunjungan tersebut.
Dr. Sakti dalam paparannya menyampaikan bahwa kepemimpinan diajarkan dalam Asthabrata yang berisi tindakan pengendalian diri oleh delapan dewa agar tercapai hidup selamat dan bahagia. Ajaran ini berfokus perihal pemimpin dan cara memimpin. Dr. Sakti juga menekankan bahwa kegiatan pemerintahan merupakan bagian dari implementasi kebudayaan. “Saat ini kita berada dalam tegangan antara tradisi dan pembaruan, kebudayaan tidak boleh lepas dari akarnya dan berjalan beriringan dengan praktik intelektual dalam kegiatan pemerintahan”.
Selama kunjungan mahasiswa melihat langsung warisan budaya yang terdapat di Pura Pakualaman. Kunjungan ini dapat menjembatani kesenjangan antara teori di perkuliahan dan praktik secara langsung dari keanekaragaman budaya. Nilai-nilai kepemimpinan yang diperoleh dari Pakualaman yang diperoleh dapat diintegrasikan pada kurikulum pendidikan untuk menghasilkan pemimpin yang berbudaya sesuai Lampahing Nayakaningrat.
Kata kunci: pendidikan, keanekaragaman budaya, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDGs
Data: Clarashinta Arumdani
Penulis: Asti Rahmaningrum