Yogyakarta, 3 Juni 2025 — Program Studi Bioteknologi Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) menyelenggarakan kuliah umum bertema “Metodologi Penelitian Ilmiah” dengan menghadirkan ilmuwan internasional, Prof. Teruna J. Siahaan, Ph.D., dari Kansas University, Amerika Serikat. Acara yang berlangsung pada Selasa malam pukul 20.00–21.30 WIB ini digelar secara daring melalui platform Zoom dan terbuka untuk umum secara gratis. Kegiatan ini merupakan bagian dari kerja sama akademik antara UGM dan Kansas University, khususnya dalam penguatan kapasitas riset dan inovasi di bidang bioteknologi.
Kuliah umum ini mengusung topik “Menjembatani Lab dan Industri: Translasi Pengetahuan Menuju Produk Inovatif”, yang membahas secara mendalam bagaimana riset dasar di laboratorium dapat dikembangkan menjadi produk nyata yang aplikatif dan memiliki nilai guna tinggi di masyarakat. Dalam paparannya, Prof. Teruna menjelaskan bahwa salah satu tantangan utama dalam dunia penelitian adalah menjembatani kesenjangan antara penemuan ilmiah dan kebutuhan industri. Ia menegaskan bahwa translasi pengetahuan bukan semata soal komersialisasi, melainkan proses yang kompleks dan kolaboratif yang mencakup pemahaman terhadap mekanisme ilmiah, pengembangan teknologi, serta kesiapan infrastruktur.
Menurut Prof. Teruna, paradigma riset saat ini telah bergeser dari fokus pada isolasi senyawa alami menuju pengembangan produk bioteknologi seperti protein rekombinan, terapi gen, dan antibodi monoklonal. “Dulu sebagian besar obat berasal dari molekul kecil hasil isolasi senyawa alam, tetapi kini lebih dari 50 persen obat baru berasal dari produk bioteknologi,” ujarnya. Ia mencontohkan keberhasilan riset dasar yang dilakukannya di Amerika Serikat dalam mengembangkan senyawa peptida cyclic yang kini telah menjadi obat generik di pasar global, seperti integrilin dan aggrastat.
Lebih lanjut, Prof. Teruna memaparkan bahwa proses pengembangan produk terapeutik dari hasil riset dasar sangat menantang dan membutuhkan sinergi antara akademisi dan pelaku industri. Universitas, menurutnya, memiliki kekuatan dalam penemuan awal (discovery), namun untuk melanjutkan ke tahap preclinical dan clinical trial dibutuhkan dukungan dana, regulasi, dan teknologi yang umumnya dimiliki oleh industri. Di sinilah pentingnya membangun kolaborasi riset lintas sektor, termasuk dukungan dari pemerintah dan badan usaha milik negara.
“Di Amerika, banyak terapi inovatif justru berasal dari universitas, yang kemudian dikembangkan oleh mitra industri hingga menjadi produk komersial. Hal ini bisa diadopsi di Indonesia dengan dukungan kebijakan yang mendorong hilirisasi hasil riset,” jelasnya.
Dalam sesi tersebut, Prof. Teruna juga membahas bagaimana pendekatan berbasis mekanisme kerja biologis menjadi kunci dalam merancang molekul terapeutik modern. Ia menekankan pentingnya basic science (ilmu dasar) dalam memahami struktur dan fungsi protein, interaksi seluler, serta sistem imun, sebagai dasar pengembangan terapi yang lebih efektif dan selektif, seperti terapi berbasis antibodi yang menargetkan sel kanker secara spesifik dengan efek samping minimal.
Antusiasme peserta terlihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan dalam sesi diskusi, mulai dari tantangan hilirisasi riset di Indonesia, peran universitas dalam menciptakan ekosistem inovasi, hingga peluang riset terapi berbasis peptida dan terapi gen. Peserta yang terdiri dari mahasiswa, dosen, peneliti, dan praktisi menunjukkan minat tinggi terhadap materi yang disampaikan dan mengapresiasi pengalaman langsung dari seorang ilmuwan yang telah terlibat dalam pengembangan terapi yang kini digunakan secara global.
Kuliah umum ini tidak hanya memperkaya wawasan akademik, tetapi juga memberi inspirasi konkret tentang bagaimana riset ilmiah dapat memberikan dampak nyata bagi kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Melalui kegiatan ini, Program Studi Bioteknologi UGM berharap dapat terus membangun jembatan antara ilmu pengetahuan dan aplikasi industri, serta mendorong semangat kolaborasi lintas bidang dalam menciptakan inovasi yang berkelanjutan.
Penulis : Khoirul Mujazanah

