Program Studi Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (PSPSR) Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada berkolaborasi dengan Jogja Disability Arts (JDA) Indonesia dan DaDa Fest (UK) menggelar seminar bertajuk “Menciptakan Makna dan Pemberdayaan Kemungkinan dalam Praktik Seni Disabilitas: Refleksi Dari DaDa Fest (Inggris) dan Jogja Disability Arts (Indonesia)”. Kegiatan ini berlangsung pada hari Rabu, 7 Mei 2024 bertempat di Ruang Seminar A Gedung Unit 1 Sekolah Pascasarjana.
Dr. Budi Irawanto, S.IP, M.A., Ketua Program Studi PSPSR menyampaikan pengantar bahwa hubungan antara seni dan disabilitas masih terabaikan dalam wacana publik maupun dunia seni di Indonesia. Oleh karena itu, ide seni disabilitas masih tumbuh dan berkembang di Indonesia. Sementara itu, kolaborasi muncul sebagai cara untuk mengumpulkan sumber daya dan mengeksplorasi kemungkinan artistik baru dalam semangat komunalitas.
Seminar ini ditujukan untuk mahasiswa Prodi PSPSR dengan menghadirkan peneliti dan artis yang bergelut dalam pengembangan seni disabilitas baik di tingkat nasional seperti JDA Indonesia dan di tingkat internasional yaitu DaDa Fest. Poin utama yang dibahas dalam forum ini mengenai ruang partisipasi bagi seniman disabilitas dalam menjalankan agensinya, membentuk citra, keterwakilan dan identitasnya, sehingga membuka peluang untuk mengubah budaya abilityism menjadi lebih inklusif.
Ngozi Ugochukwo dan Rachel Rogers (DaDa Fest International) merupakan pembicara utama dalam diskusi ini, memberikan citra yang menarik tentang seni disabilitas. DaDa Fest International dengan mottonya “Creating art, challenging attitudes, challenging lives” memberikan ruang bagi para seniman penyandang disabilitas yang sangat mendukung mulai dari komisi, penyediaan fasilitas untuk pertunjukkan dan pameran, dukungan pelatihan, dan pemecahan masalah secara profesional.
Selanjutnya Triarani Utami dan Nano Warsono, peneliti dan seniman visual dari JDA ID, memberikan paparan dari hasil penelitiannya yang berjudul “Memahami Spektrum Makna dalam Kolaborasi Seni Disabilitas”. Penelitian tersebut memberikan pandangan yang unik terkait seni disabilitas bekerja sama dengan penggiat seni disabilitas dari Yogyakarta yaitu Sukri Budi Dharma atau yang akrab disapa “Mas Butong”. Hasil dari penelitian ini bermuara pada rasa percaya diri dan motivasi atau eksplorasi lebih lanjut oleh para seniman disabilitas yang dipandang sebagai keahlian dalam menciptakan sesuatu yang penting atau bermakna secara kolektif dengan seniman lain.
Seminar berlangsung sukses dengan adanya diskusi dari masing-masing pembicara. Mahasiswa Prodi PSPSR diharapkan dapat lebih memahami dalam memaknai seni disabilitas yang mempunyai potensi kelonggaran, kreativitas, membangkitkan empati dan penerimaan dari penikmatnya.
Kegiatan ini selaras dengan pilar 10 SDGs yaitu mengurangi ketimpangan.
Penulis : Siti Muyasaroh