
Yogyakarta, 16 Oktober 2025 – Program Studi Magister Kajian Budaya dan Media, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, menggelar kegiatan Discussion Series bertajuk “Media dan Politik Representasi”, dengan sesi perdana berjudul “Pengantar Inklusi Digital”. Acara yang berlangsung di Ruang 307 Gedung Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada ini menghadirkan Dr. Leonard C. Epafras, dosen dan peneliti dari Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Discussion Series yang diselenggarakan oleh program studi Magister Kajian Budaya dan Media sepanjang Oktober 2025. Forum ini dirancang sebagai ruang dialog akademik untuk mendiskusikan berbagai isu kontemporer di bidang budaya digital, media, dan keberagaman. Dalam sesi perdana ini, Dr. Leonard mengajak peserta meninjau kembali konsep inklusi digital, baik dari sisi akses terhadap teknologi maupun representasi kelompok minoritas di ruang digital.
Dalam pemaparannya, Dr. Leonard menekankan bahwa inklusi digital tidak sekadar persoalan teknis mengenai siapa yang bisa mengakses internet, tetapi juga menyangkut siapa yang terdengar dan terlihat di dalamnya. Ia menjelaskan bahwa representasi media memiliki peran penting dalam membentuk persepsi publik terhadap kelompok sosial, termasuk komunitas agama, penghayat kepercayaan, dan kelompok marjinal lainnya. Lebih lanjut, Dr. Epafras menyoroti pentingnya pendekatan kritis terhadap algoritma media sosial yang sering kali memproduksi bias budaya.
Diskusi berjalan interaktif dengan partisipasi aktif mahasiswa yang mengajukan pertanyaan seputar peran akademisi dan praktisi budaya dalam memperluas ruang partisipasi digital. Melalui kegiatan ini, peserta diajak memahami bahwa inklusi digital merupakan isu multidimensi yang melibatkan aspek teknologi, budaya, dan kebijakan publik.
Prodi Magister Kajian Budaya dan Media berharap kegiatan Discussion Series ini dapat memperkaya perspektif mahasiswa dalam memahami hubungan antara media dan politik representasi. Selain menjadi forum akademik, kegiatan ini juga menjadi wadah refleksi kritis tentang bagaimana budaya digital dapat dikelola secara inklusif dan berkeadilan di tengah kompleksitas masyarakat kontemporer.
Penulis: Khoirul Mujazanah