Program Studi Inter Religious Studies (Prodi IRS), Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada (UGM) mengadakan pertemuan dengan Perwakilan Kedutaan Inggris dalam rangka menjajaki potensi kerja sama yang berlangsung pada Selasa (20/08) di Ruang Sidang A, Lantai 5, Gedung Sekolah Pascasarjana UGM. Delegasi yang hadir adalah Alicia Herbert, UK FCDO Director of the Education, Gender and Equality Directorate (EdGE), and Special Envoy for Gender Equality; Bikash Dawahoo, UK FCDO Gender and Equalities Advisor South East Asia; Amanda McLoughlin, UK Development Director to Indonesia & ASEAN; Aviva Nababan, Human Rights Officer at the British Embassy Jakarta.
Ketua Program Studi IRS, Dr. Zainal Abidin Bagir menyambut antusias delegasi Kedutaan Inggris pada pertemuan ini. Ia menyampaikan bahwa potensi kerja sama yang dijajaki dapat memberikan peluang dan membuka kesempatan bagi Prodi IRS untuk memperluas kerja sama internasional dengan Kedutaan Besar Inggris. “Harapannya, ada pelajaran yang bisa diambil oleh pemerintah Inggris, karena Alicia Herbert mewakili pemerintah Inggris dalam perannya sebagai Utusan Khusus untuk Kesetaraan Gender,” ujar Dr. Zainal.
Pertemuan ini juga dihadiri oleh Ketua Jaminan Mutu Prodi IRS, Dosen Prodi IRS, Dosen Prodi Agama dan Lintas Budaya (ALB), Perwakilan Kedutaan Besar Inggris di Jakarta, Perwakilan Agama Islam; Kristen; Buddha; dan kepercayaan, serta Organisasi Masyarakat Sipil Lintas Agama. Keragaman peserta ini menyoroti pentingnya keberagaman budaya dan kesetaraan dalam menangani isu diskriminasi dan pendidikan.
Selama pertemuan, kedua pihak mengadakan diskusi dan berbagi pengalaman mengenai pengelolaan keragaman di Indonesia. Dr. Dicky Sofjan, dosen Prodi IRS, bertindak sebagai moderator dalam diskusi meja bundar. Perwakilan dari berbagai organisasi berbagi aktivitas yang telah dilakukan, diikuti dengan diskusi tentang tantangan yang dihadapi oleh kelompok minoritas agama. Para peserta menyoroti kemajuan yang telah dicapai dan tantangan yang masih dihadapi oleh kelompok-kelompok ini, serta mengakui kompleksitas persoalan ini yang terjadi di banyak tempat.
Diskusi ini menekankan pentingnya kemitraan global dalam menangani isu kesetaraan dan diskriminasi. Para peserta menyadari bahwa kolaborasi antara Indonesia dan Inggris dapat menghasilkan pertukaran pengetahuan dan pengalaman yang berharga, terutama dalam bidang kesetaraan gender dan inklusi. Komitmen untuk memperkuat kerja sama sangat jelas, karena kedua belah pihak menyatakan keinginan untuk saling belajar dari pengalaman masing-masing.
Pertemuan ini diakhiri dengan komitmen bersama untuk memperkuat kerjasama dan lebih banyak berbagi pengalaman dan pengetahuan antara Indonesia dan Inggris dalam persoalan kesetaraan antar kelompok-kelompok agama termasuk kesetaraan gender dan isu inklusi. Kolaborasi ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), terutama dalam mempromosikan keberagaman budaya, kesetaraan, dan pendidikan.
Kata kunci: keberagaman budaya, kesetaraan, diskriminasi, pendidikan, kemitraan global, SDG 4: Pendidikan Berkualitas, SDG 5: Kesetaraan Gender, SDG 16: Perdamaian Keadilan dan Kelembagaan yang Tangguh, SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Data: Ida Fitri Astuti
Penulis: Asti Rahmaningrum