Program Studi Magister Agama dan Lintas Budaya atau Center for Religious and Cross-cultural Studies (CRCS), Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM), secara resmi membuka rangkaian perayaan Dies Natalis ke-25 pada hari Selasa, 21 Oktober 2025.
Acara pembukaan yang berlangsung di Auditorium lantai 5, Sekolah Pascasarjana UGM ini dihadiri oleh salah satu pendiri CRCS UGM Prof. Dr. Alwi Shihab, Ketua Program Studi CRCS Dr. Samsul Maarif, Ketua Program Studi Interreligious Studies (IRS) Dr. Zainal Abidin Bagir, para dosen, mahasiswa, alumni CRCS, serta tamu undangan dari berbagai lembaga mitra.
Pembukaan Dies Natalis ke-25 ditandai secara simbolis dengan pemukulan bende oleh Prof. Dr. Alwi Shihab didampingi oleh Dr. Samsul Maarif dan Dr. Zainal Abidin Bagir. Simbolisasi ini membuka rangkaian acara yang mengusung semangat refleksi dan kolaborasi lintas batas.
Salah satu momen istimewa dalam acara pembukaan adalah pembacaan ritual dan doa kelahiran oleh Komunitas Agama Leluhur Sri Tumuwuh dan Mas Agus. Ritual ini membawa pesan spiritual dan ekologis yang mendalam, mengingatkan bahwa kelahiran bukan hanya dimaknai secara biologis, melainkan juga sebagai kesadaran baru terhadap lingkungan.
“Jika kita mampu mengelola sampah dengan baik, bentuk konkret yang bisa dihasilkan adalah karya seni seperti wayang plastik,” demikian pesan simbolik yang disampaikan dalam ritual tersebut.
Tahun ini, Dies Natalis CRCS mengangkat tema besar “Adil, Setara, dan Selaras.” Dalam sambutannya, Ketua Program Studi CRCS Dr. Samsul Maarif menegaskan peran penting CRCS sebagai ruang akademik yang secara konsisten mendorong kajian agama dan budaya dalam konteks keberagaman Indonesia dan dunia.
“CRCS ingin melihat agama sebagai ruang di mana kita bisa bersama-sama memperjuangkan keadilan dan kesetaraan demi kehidupan yang selaras bagi seluruh manusia,” ujar Dr. Samsul Maarif.
Rangkaian agenda Dies Natalis ke-25 CRCS meliputi berbagai dialog keagamaan yang melibatkan tokoh lintas iman, makan malam keakraban, peluncuran dan bedah buku, aneka lokakarya, malam festival CRCS serta akan ditutup dengan the 7th International Conference and Consolidation for Indigenous Religions (ICIR).
Perayaan ini tidak hanya menjadi momentum refleksi atas perjalanan panjang CRCS, tetapi juga penegasan komitmen institusi dalam mengembangkan kajian interdisipliner di bidang agama, budaya, dan masyarakat: sebuah ikhtiar untuk membangun dunia yang lebih adil, setara, selaras.
Penulis: Asti Rahmaningrum
Editor: Nurlina Sari


