
Mahasiswa Magister Pengelolaan Lingkungan (MPL) Universitas Gadjah Mada angkatan 45-46 melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) yang dilaksanakan di Banyuwangi pada tanggal 20-24 Januari 2025. Kegiatan ini didampingi oleh Dr. Langgeng Wahyu Santosa, S.Si., M.Si., selaku Koordinator KKL, Dr. Agus Joko Pitoyo, S.Si.,M.A., selaku pembimbing Kelompok A, dan Dr. Sigit Heru Murti BS, S.Si., M.Si., selaku pembimbing Kelompok B.
Hari pertama kegiatan dimulai dengan mengunjungi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Banyuwangi untuk bersilaturahmi dan perkenalan mengenai Banyuwangi. Lalu kegiatan dilanjutkan dengan ploting per kelompok. Mahasiswa MPL melakukan kunjungan di setiap lokasi yang telah ditentukan dan melakukan penelitian abiotik, biotik, dan kultural.
Lokasi yang dikunjungi kelompok A pada hari pertama adalah Mata Air Ketapang, Pantai Bangsring, dan Pantai Cemara. Masyarakat Desa Ketapang percaya bahwa nama “penawar” disematkan sebab mata air di daerah tersebut memiliki keistimewaan terkait konteks penyembuhan (penawar penyakit). Kepercayaan yang tergolong sebagai logika mistika tersebut justru menjadi katalis kultural yang dapat mendorong masyarakat untuk melestarikan sumber daya alam berupa mata air secara berkelanjutan.
Berdasarkan hasil pengamatan lapang di Pantai Bangsring adalah adanya upaya restorasi terumbu karang sejak tahun 2008 hingga 2025 telah membuahkan dampak yang signifikan dan berimbang baik dari sisi ekologi maupun penciptaan peluang ekonomi baru bagi masyarakat pesisir di Desa Bangsring. Bahkan masyarakat sudah mulai tergerak untuk melestarikan biota akuatik seperti ikan hiu. Hasil penelitian yang didapat pada Pantai Cemara adalah tambak udang di Pantai Cemara memberikan kontribusi sosial-ekonomi bagi masyarakat, namun masih menghadapi tantangan dalam pengelolaan limbah yang berpotensi mencemari lingkungan.
Kelompok B melakukan kunjungan hari pertama di TPA Karangbendo, TPA Pancoran, TPA Tegalwaru, Tambak Udang, Pantai Cemara (konservasi penyu). Kunjungan pertama yang dilakukan oleh kelompok B adalah menuju ke TPA Karangbendo yang sudah tidak aktif. Hal ini merupakan aksi penolakan adanya TPA di sekitar wilayah mereka karena pada saat musim hujan baunya tercium oleh warga sekitar, sehingga warga melakukan aksi pengurugan dan penutupan TPA tersebut.
Kunjungan dilanjutkan menuju TPA Pancoran yang merupakan TPA aktif, rata-rata perhari terdapat 31 truk yang dibuang ke TPA Pancoran. Selanjutnya ke TPA Tegalwaru, TPA ini sudah tidak aktif dan berhasil dialihfungsikan sebagai lahan pertanian sejak Covid-19.
“Kuliah Kerja Lapangan 2025 ini sangat memberikan banyak benefit bagi saya dan teman2 lainnya. Banyak ilmu dan wawasan yang diperoleh dari kuliah lapang ini, selain itu pada kuliah kerja lapangan ini sebagai sebuah wadah dalam menerapkan ilmu yang telah dipelajari di kelas. Serta, saya dan teman2 lainnya dapat belajar mengenai permasalahan2 yang dihadapi masyarakat:, tutur Lisa Andini, mahasiswa MPL
Tags : pengelolaan lingkungan, kuliah kerja lapangan, pengabdian kepada masyarakat, konservasi, biota akuatik, SDG 4: pendidikan berkualitas, SDG 6: air bersih dan sanitasi layak, SDG 8: pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi, SDG 9: industri, inovasi dan infrastruktur, SDG 12: konsumsi dan produksi yang bertanggungjawab, SDG 14: ekosistem lautan, SDG 15: ekosistem daratan
Penulis : Siti Muyasaroh