Selasa (29/11), Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM telah menyelenggarakan Pelatihan P3K yang ditujukan untuk tenaga kependidikan di lingkungan SPs. Berlangsung di Ruang Auditorium SPs, acara dibuka oleh Kepala Kantor SPs, Ika Krisnadewi, S.Psi., M.Sc.
Demi mewujudkan keinginan mulai SPs UGM agar dapat menjadi contoh baik organisasi yang tanggap alam kejadian gawat darurat di lingkungan kerja secara umum, dan secara khusus untuk menambah keterampilan dan kecakapan tenaga kependidikan dalam menyikapi keadaan gawat darurat yang mungkin terjadi di lingkungan kerja Sekolah Pascasarjana UGM yang dapat menimpa siapapun baik pegawai, penaga pendidik, maupun terhadap mahasiswa. Kegiatan ini sejalan dengan SDGs nomor 3 tentang kehidupan sehat dan sejahtera yang berhubungan dengan pertolongan pertama ketika terjadi kejadian gawat darurat.
Untuk mengantisipasi kejadian gawat darurat, Sekolah Pascasarjana UGM telah melengkapi sarana dan prasarana penunjang kejadian gawat darurat, seperti menyediakan kotak P3K, sarana evakuasi seperti tandu, kursi roda, dan juga menyediakan jalur evakuasi. Untuk tindakan lebih lanjut, jika membutuhkan transportasi ambulan dapat menghubungi pusat layanan K3L Universitas Gadjah Mada di nomor Telp. 0274-6491072 (?).
Pelatihan ini dibagi dalam 6 sesi materi, seperti: 1). Bantuan Hidup Dasar, 2). Prioritas Penyelamatan (Triage), 3). Penanganan Keracunan dan P3K Luka, 4) Penanganan Pertama pada Kecelakaan, 5) Teknik dan Evakuasi Korban dan yang terakhir Praktik atau simulasi. Pelatihan P3K ini menghadirkan narasumber dr. Sauma Nurlinaamalia, MPH, dr. Yayuk Soraya, AAK, Ana Christalina dan Andy Suryo Nugroho, AMK dari GMC dan K3L UGM.
Pada sesi pertama diberikan materi mengenai dasar-dasar pertolongan pertama, pingsan/syok dan bantuan hidup dasar, tata laksana penanganan korban pingsan. Bantuan hidup sadar merupakan pertolongan pertama yang dilakukan pada korban henti jantung atau henti napas sebelum ditangani oleh tenaga medis atau rumah sakit.
Setelah coffee break, acara dilanjutkan sesi kedua dengan materi Prioritas Penyelamatan (Triage), yakni tindakan mengkategorikan pasien menurut kebutuhan perawatan dengan memprioritaskan mereka yang paling perlu didahulukan mendapat pertolongan. Memberikan pita yang sesuai dengan tingkatan prioritas, lalu segera dipindahkan ke lokasi evakuasi.
- Prioritas I, (Tertinggi) – Merah. Golongan cedera yang dapat mengancam nyawa, dalam kondisi kritis, perdarahan, tersumbatnya jalan nafas, hilang kesadaran.
- Prioritas II (sedang) – Kuning, korban luka bakar tanpa gangguan nafas, nyeri hebat, nyeri pada lokasi alat gerak, bengkak, cedera punggung, tanda-tanda vital stabil.
- Prioritas III (rendah) – Hijau, luka kecil, relatif tidak memerlukan banyak bantuan, dapat berdiri sendiri, dapat melakukan rawat jalan.
- Prioditas IV (sangat rendah) – Hitam dimungkinkan sudah meninggal, tidak dapat diselamatkan.
Setelah materi triage, dilanjutkan dengan Penagan Pertama pada Keracunan. Contoh zat racun seperti: insektisida, sianida, logam berat, bisa binatang, bahan kimia yang bersifat korosif, gas beracun.
Untuk menurunkan kadar racun, dapat dilakukan cara-cara seperto berikut ini yaitu: memberi minum susu, air garam, memberi antiracun umum, (norit, putih telur mentah). Dalam hal ini tentu nyawa penolong lebih diutamakan sebelum menolong korban. Penanganan keracunan akibat gigitan ular, mengidentifikasi ciri-ciri ular, rawat luka dengan air sabun, pasang bidai bila diperlukan, ikat dengan pembalut elatis di area atas gigitan.
Setelah makan siang, materi pelatihan dilanjutkan dengan materi trauma dan patah tulang. Lalu diakhiri dengan praktek balut/bidai, evakuasi dan simulasi. Dalam sesi simulasi, para peserta melakukan teknik atau cara-cara melakukan penyelamatan terhadap korban seperti patah kaki, tangan yang dilakukan secara berkelompok. Selain itu juga praktek menggunakan tandu lipat dan Scoop Stretcher.
Tujuan diselenggarakan pelatihan ini untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mengenai pelaksanaan P3K di lingkungan SPs UGM, serta memberikan keterampilan bagi para tenaga kependidikan dalam melakukan pertolongan pertama terhadap penyakit mendadak dan kecelakaan baik pada tenaga pendidik maupun kepada mahasiswa. Diharapkan para tenaga kependidikan dapat mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan untuk pertolongan pertama pada kecelakaan kerja serta meminimalisir cedera dan bahkan menyelamatkan nyawa korban.
Kegiatan ini sejalan dengan SDGs nomor 3 tentang kehidupan sehat dan sejahtera yang berhubungan dengan pertolongan pertama ketika terjadi kejadian gawat darurat.
(SPs/Gea/rika/arni)