Agama dan Lintas Budaya (ALB) Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM mengirimkan dua perwakilan mahasiswa dan dua dosen untuk saling berbagi pengalaman dan penelitian dengan para akademisi internasional dalam acara CROSS-CULTURE Religious Studies Summer School (Sekolah Musim Panas) di Salzburg, Austria, yang terselenggara kerjasama dengan Dongguk University Seoul, University Haifa, College of Interreligious Studies/House of Cultures and Religions Munich, University of Nairobi, dan Paris Lodron Universität Salzburg, 27 Juli hingga 2 Agustus 2024.
Berbagai konflik kekerasan yang terjadi di dunia maupun di Indonesia terkadang tidak dapat dilepaskan dari justifikasi maupun identitas keagamaan. Meski peristiwa-peristiwa tersebut tidak sepenuhnya diawali oleh motivasi berlandaskan agama, karakteristik agama dapat membuat kekerasan yang terjadi semakin melebar karena kuatnya pengaruh agama dan religiusitas dalam kehidupan manusia. Di sisi lain, agama juga dapat menjadi solusi bagi penyelesaian konflik itu sendiri, bahkan mendorong terciptanya perdamaian yang berkelanjutan.
Isu-isu inilah yang dibahas perwakilan Center for Religious and Cross-cultural Studies Universitas Gadjah Mada (CRCS UGM) atau Program Studi Magister Agama dan Lintas Budaya (ALB) Sekolah Pascasarjana UGM.
Presentasi dan diskusi dari para dosen maupun mahasiswa menunjukkan bahwa agama juga terlibat dalam peristiwa-peristiwa kekerasan di berbagai belahan dunia. Profesor Grace Darling dari Banaras Hindu University menjelaskan tentang konflik berbasis etnis di India yang mana juga tidak dapat dilepaskan dari unsur-unsur agama.
Di Afrika sendiri terdapat beberapa kasus kekerasan yang ditemukan oleh Profesor Edith Kayel Chamwama dari University of Nairobi. Ia menemukan bahwa pemerintah tiap negara di Afrika berupaya untuk membentuk kebijakan untuk mengakhiri konflik, salah satunya dengan menggandeng berbagai organisasi keagamaan. Meski demikian, kebijakan tiap negara tidak selalu dapat diaplikasikan secara sama sebab perlu disesuaikan pula dengan konteks lokal, termasuk perihal bagaimana agama berkembang dalam kehidupan masyarakat tersebut.
Berbagai penelitian yang dipaparkan selama sekolah musim panas ini memang menunjukkan bahwa agama sedikit banyak terlibat dalam konflik yang terjadi. Akan tetapi, agama juga berperan besar dalam mendorong penyelesaian konflik dan pembangunan perdamaian. Prof. Fatima Hussein dari CRCS UGM menekankan bahwa hubungan antar agama memiliki andil dalam menciptakan perdamaian, khususnya di Indonesia. Beliau menemukan bahwa dialog antar agama yang terjadi di Indonesia melibatkan tiga pihak, yakni pemerintah, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi. Keterlibatan CRCS UGM dalam isu ini tidak hanya terbatas dalam kajian isu semata, namun juga sampai pada implementasi advokasi konflik bersama instansi pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat.
Sekolah musim panas ini tidak hanya menjadi ajang pertemuan para mahasiswa dan dosen studi agama dari berbagai negara saja. Pemaparan dan diskusi yang terlaksana menjadi sarana untuk saling bertukar pikiran serta pengalaman guna mencari solusi bersama sambil mengupayakan agama dapat terus terlibat dalam pengembangan perdamaian di dunia.
Kegiatan ini juga selaras dengan implementasi SDGs Nomor 4: Pendidikan Berkualitas; SDG 10: Berkurangnya Kesenjangan; SDG 16: Perdamaian, Keadilan, dan Kelembagaan; SDG 17: Kemitraan untuk Mencapai Tujuan
Penulis : Astrid Syifa Salsabila
Editor : Arni Wistratun