Yogyakarta, 12 Juni 2025 – mahasiswa Program Studi Magister Manajemen Bencana Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (MMB SPs UGM) melakukan kunjungan lapangan ke sejumlah lokasi strategis di Kabupaten Sleman untuk mengamati langsung sistem monitoring dan peringatan dini yang diterapkan dalam menghadapi berbagai ancaman bencana. Kunjungan ini merupakan bagian dari Mata Kuliah Monitoring Sumber Bencana dan Peringatan Dini yang diampu oleh Dr. Nugroho Christanto, S.Si., M.Si.
Kegiatan observasi dimulai di kawasan hulu Sungai Gadjah Wong, tepatnya di Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman. Di lokasi ini, diterapkan sistem pemantauan banjir yang mengandalkan teknologi berbasis sensor dan platform digital Watermoon. Seluruh data dikirim melalui jaringan nirkabel dan dapat diakses secara daring untuk mendukung pengambilan keputusan dini sebelum banjir melanda kawasan hilir yang lebih padat penduduk.
Perjalanan dilanjutkan ke kawasan Kali Boyong di perbatasan Candibinangun dan Purwobinangun, Pakem. Sungai ini merupakan salah satu jalur utama aliran lahar dingin dari lereng selatan Gunung Merapi. Sistem peringatan dini yang diterapkan di lokasi ini menggunakan komponen serupa dengan lokasi sebelumnya, namun difokuskan pada deteksi potensi banjir lahar hujan yang membawa material vulkanik dalam volume besar.
Kunjungan dilanjutkan ke Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sleman yang berlokasi di Pakembinangun. Pusdalops berperan sebagai pusat komando dalam penanganan kedaruratan dan pengelolaan informasi kebencanaan. Seluruh data dari lapangan dikonsolidasikan di sini dan disebarluaskan melalui berbagai kanal komunikasi seperti handy talkie, SMS blast, siaran radio komunitas, sirine, media sosial, hingga aplikasi digital.
Kunjungan diakhiri di lokasi Sabo Bronggang yang terletak di Dusun Suruh, Desa Argomulyo, Kecamatan Cangkringan. Sabo ini merupakan bagian dari jaringan kantong lahar yang dibangun di sepanjang Kali Gendol, berfungsi menahan aliran material vulkanik saat terjadi banjir lahar hujan.
Banyak sistem peringatan dini yang berjalan secara parsial tanpa integrasi data atau komando, yang pada akhirnya berpotensi menghambat kecepatan dan akurasi informasi saat bencana terjadi. Oleh karena itu, dibutuhkan langkah strategis untuk menyatukan berbagai sistem dalam satu kerangka data kebencanaan yang terstandar serta mendorong interoperabilitas antar lembaga.
Dengan penguatan koordinasi, penyatuan data, dan teknologi yang adaptif, Sleman dapat terus bergerak menuju sistem manajemen risiko bencana yang lebih tangguh dan terintegrasi dalam menghadapi dinamika ancaman multi-bencana.
Penulis : Firli Yogiteten dan Muhammad Taqi
Editor : Siti Muyasaroh


