Yogyakarta, 17 November 2025-Program Studi Magister Manajemen Bencana (MMB) Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali menunjukkan peran aktifnya dalam pengabdian masyarakat berbasis keilmuan dengan mengirimkan empat mahasiswanya—Tamara, Vira, Farah, dan Afni—untuk menjadi pendamping dalam kegiatan edukasi mitigasi gempa bumi. Kegiatan yang berlangsung di Padukuhan Sumber, Balecatur, Gamping, Sleman, pada Sabtu, 15 November 2025, ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara MMB UGM, Pusat Studi Bencana Alam (PSBA) UGM, dan kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) UNY Kelompok KKNM 27127. Keterlibatan langsung mahasiswa pascasarjana ini menjadi wujud konkret dari penerapan ilmu kebencanaan yang diperoleh di bangku kuliah, sekaligus mendukung upaya peningkatan kapasitas komunitas, khususnya para kepala sekolah, ketua RT, dan ketua RW yang menjadi aktor kunci penggerak kesiapsiagaan di wilayah tersebut.
Kepala Dukuh Sumber, Bapak Fothurohman Rusdyanto, dalam sambutan pembuka, menyampaikan apresiasi mendalam atas inisiatif dan kehadiran mahasiswa MMB UGM yang mendampingi narasumber dari PSBA UGM, Bapak Muhamad Irfan Nurdiansyah. Menurut Bapak Rusdyanto, kehadiran mahasiswa Magister Manajemen Bencana membawa perspektif tambahan yang sangat penting karena mereka tidak hanya belajar teori semata, tetapi juga mampu menjembatani dan membantu menjelaskan situasi kebencanaan secara lebih luas dan aplikatif kepada masyarakat. Kolaborasi ini menunjukkan kuatnya hubungan antara akademisi dan warga dalam memperkuat ketangguhan komunitas.
Dalam sesi materi, Muhamad Irfan Nurdiansyah menjelaskan konsep dasar terjadinya gempa bumi serta memaparkan potensi kerawanan wilayah Sleman, khususnya kawasan Gamping, yang berada berdekatan dengan jalur sesar aktif di Pegunungan Kulonprogo. Mahasiswa MMB UGM berperan penting dalam memperkaya sesi ini dengan membagikan contoh-contoh kasus lapangan dan studi bencana yang mereka pelajari selama perkuliahan. Mereka juga menekankan pentingnya kapasitas komunitas dengan memaparkan data pembelajaran dari survei pascagempa Great Hanshin Awaji di Jepang tahun 1995. Data tersebut menunjukkan bahwa korban selamat paling banyak diselamatkan oleh diri sendiri (35%) dan anggota keluarga/tetangga (hampir 60%), yang secara tegas memperkuat pesan bahwa penguatan kapasitas harus dimulai dari individu, keluarga, dan lingkungan terdekat, bukan hanya mengandalkan tim penyelamat formal. Penjelasan berbasis data ini mendapatkan perhatian besar dari peserta, mendorong mereka untuk lebih memahami urgensi penguatan kapasitas lokal.
Peran mahasiswa MMB UGM berlanjut secara intensif ke sesi praktek dan simulasi evakuasi. Tamara, Vira, Farah, dan Afni secara aktif mendampingi peserta, membantu memandu praktik gerakan aman Drop, Cover, and Hold dengan benar, sekaligus memastikan jalur evakuasi berjalan lancar menuju titik kumpul yang aman. Pendampingan langsung dan detail ini membuat latihan berjalan tertib, sekaligus menjadi ajang bagi mahasiswa untuk menerapkan pengetahuan teknis kebencanaan mereka secara nyata.
Bagi para mahasiswa MMB UGM, kegiatan ini menjadi kesempatan emas untuk mengintegrasikan teori yang dipelajari di kelas dengan realitas sosial di lapangan. Mereka mengakui bahwa pengalaman ini sangat berharga karena memungkinkan mereka menyaksikan langsung bagaimana masyarakat merespons informasi kebencanaan, sehingga mereka menyadari pentingnya menyesuaikan teori mitigasi dengan kondisi sosial, budaya, dan kapasitas lokal. Keterlibatan aktif ini merupakan bukti komitmen MMB UGM dalam mencetak calon praktisi kebencanaan yang unggul secara akademis dan memiliki kemampuan berinteraksi efektif dengan masyarakat. Melalui kegiatan kolaboratif ini, mahasiswa MMB UGM telah memberikan kontribusi nyata dalam penguatan ketangguhan komunitas menghadapi ancaman gempa bumi, sejalan dengan visi UGM sebagai universitas yang berorientasi kerakyatan.
Penulis : Berlian Belasuni


