Jogja, (25/6) Sistem Peringatan dini atau Early Warning System (EWS) banjir lahar Gunung Merapi di Kali Code, Yogyakarta menerapkan berbagai instrumen canggih. Salah satu komponen utama adalah sensor pelampung yang digunakan untuk memantau permukaan air. Sensor ini bekerja dengan mendeteksi perubahan ketinggian air yang mengindikasikan potensi banjir lahar dingin.
Selain sensor pelampung, terdapat juga sensor ultrasonik yang mampu mengukur jarak permukaan air dengan akurasi tinggi, memberikan data real-time mengenai kondisi air di sungai. EWS ini juga dilengkapi dengan kamera yang secara otomatis memotret kondisi sungai setiap 30 detik.
Foto-foto yang dihasilkan oleh kamera ini dapat digunakan untuk analisis visual dan verifikasi data dari sensor. Dengan demikian, jika terjadi kenaikan permukaan air yang signifikan, tim pemantau dapat segera mengetahui kondisi aktual di lapangan melalui foto yang diambil oleh kamera.
Menariknya, semua instrumen dalam sistem peringatan dini ini didukung oleh sumber energi mandiri berupa panel surya (solar panel). Panel surya ini memastikan bahwa EWS tetap beroperasi dengan baik meskipun terjadi gangguan pada jaringan listrik utama. Penggunaan energi terbarukan seperti panel surya juga mencerminkan upaya berkelanjutan untuk mengurangi dampak lingkungan.
Hal tersebut dijelaskan oleh Prof. Ir. T. Faisal Fathani, S.T, M.T., Ph.D., IPU., ASEAN. Eng, dosen pengampu mata kuliah Monitoring Sumber Bencana dan Sistem Peringatan Dini prodi Magister Manajemen Bencana (MMB) Sekolah Pascasarjana (SPs) UGM dalam kuliah lapangan bersama mahasiswa MMB di kali Code pada Kamis, 16 Mei 2024.
Selama kunjungan lapangan, Prof. Faisal Fathani menjelaskan secara detail kepada mahasiswa mengenai cara kerja masing-masing instrumen dalam sistem peringatan dini ini, juga memberikan wawasan tentang pentingnya pemantauan yang terus-menerus dan akurat dalam upaya mitigasi bencana.
Selain itu, mahasiswa juga diberikan kesempatan untuk melihat langsung proses instalasi dan pemeliharaan instrumen-instrumen tersebut.
Dengan mengikuti kuliah lapangan ini, mahasiswa diharapkan dapat mengembangkan keterampilan praktis dan pengetahuan yang akan sangat berguna dalam karir di bidang mitigasi bencana dan manajemen risiko.
Kegiatan ini juga memperkuat kerjasama antara akademisi dan praktisi dalam upaya meningkatkan kesiapsiagaan dan mengurangi risiko bencana di masyarakat.
Kegiatan ini juga selaras dengan penerapan SDGs nomor 4 tentang Quaity Education, nomor 11 tentang Sustainable Cities and Communities, Nomor 12 tentang Responsible Consumption and Production dan nomor 17 tentang Partnership for the Goals.
Penulis : Moh. Irfan Nurdiansyah
Editor : Arni Wistriatun