
Bogor, 3 Februari 2025 – Minat studi Perdamaian dan Resolusi Konflik, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, melakukan kunjungan belajar ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang berlokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kunjungan ini disambut langsung oleh Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan, Irjen Pol Ibnu Suhendra, S.I.K., didampingi Prof. Dr. Irfan Idris, MA., selaku Direktur Pencegahan beserta staf dan jajarannya.
Dalam sesi diskusi, BNPT memaparkan perkembangan jaringan teror global yang muncul pada kelompok teroris di Indonesia, hingga strategi nasional yang telah digunakan BNPT dalam penanggulangan terorisme, seperti kontra radikalisasi, kontra ideologi, deradikalisasi dan penegakan hukum. BNPT juga menekankan bahwa pihaknya menggunakan pendekatan soft approach untuk mendeteksi dini dari ancaman teror yang dapat mengganggu stabilitas keamanan masyarakat. Pendekatan ini berhasil menjadikan Indonesia sebagai negara low impacted by terrorism, berdasarkan dari laporan Global Terrorism Index 2024 dan berada di urutan 31 dari total 54 negara.
Selain itu, program deradikalisasi yang dijalankan BNPT bagi mantan teroris, bertujuan untuk mendekonstruksi ideologi atau pemahaman terkait radikalisme. Mereka yang mengikuti program ini 90 persen berhasil kembali normal, meskipun tidak dapat dimungkiri bahwa suatu saat akan kembali berulang.
Dalam sesi tanya jawab, mahasiswa MPRK UGM sangat antusias mengajukan beberapa pertanyaan terutama yang menyangkut tugas BNPT sebagai lembaga koordinasi dalam penanggulangan kasus terorisme di Indonesia. Salah satu pertanyaan yang menarik adalah perihal keberlanjutan pemulangan mantan teroris yang berada di negara konflik seperti Suriah, dan banyak anggota keluarganya yang terlibat.
Menanggapi hal tersebut, BNPT sudah melakukan koordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan bahwa proses pemulangan berjalan lancar. Akan tetapi, pihaknya belum dapat memastikan kapan proses tersebut akan dilakukan. BNPT masih mempertimbangkan berbagai aspek, salah satunya reintegrasi sosial para mantan teroris ke dalam masyarakat.
Di akhir diskusi, Dody Wibowo selaku Dosen MPRK menyampaikan terima kasih atas kesempatan berdiskusi langsung bersama BNPT. Ia menegaskan bahwa pihak-pihak yang terlibat dalam aksi terorisme biasanya berasal dari kondisi kesejahteraan dan keadilan yang tidak terpenuhi. Jika terorisme menyelesaikan konflik dengan cara kekerasan, MPRK menekankan penyelesaian konflik dengan cara-cara yang damai.
Setelah sesi diskusi berakhir, mahasiswa MPRK dipandu oleh staf mengunjungi Museum Nasional Penanggulangan Terorisme Adhi Pradana, di kompleks BNPT. Museum ini berfungsi sebagai media edukatif yang memfasilitasi pembelajaran strategi penanggulangan terorisme dan sekaligus membangun kesadaran masyarakat akan bahaya ekstrimisme. Di dalamnya terdapat koleksi benda-benda, foto dan berbagai informasi sejarah, termasuk gelombang terorisme di dunia, gambaran kondisi pasca bom, serta upaya-upaya pemerintah dalam menanggulangi ancaman tersebut. Mahasiswa MPRK juga diajak untuk merefleksikan pentingnya menjaga persatuan dan perdamaian melalui pemutaran film inspiratif di ruang auditorium museum.
Harapannya kunjungan ini memberikan pemahaman baru terutama bagi mahasiswa dalam upaya menjaga perdamaian. BNPT juga mengajak agar bersama-sama mencegah dan menangkal terhadap individu atau kelompok yang mengajarkan kekerasan, kebencian, dan intoleransi di masyarakat.
Kunjungan yang dilaksanakan oleh MPRK bersama BNPT, sejalan dengan Sustainable Development Goals, khususnya poin 4: quality education, poin 16: peace, justice, and strong institutions, dan poin 17: partnership for the goals.
Penulis : Tia Mega Utami
Editor : Arni Wistriatun