
Yogyakarta, 21 Mei 2025 — Program Magister dan Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan kuliah umum dengan tema “Leadership dan Followership di Era Digital: Pergeseran Paradigma dan Peran”. Narasumber dalam kuliah umum kali ini adalah Dr. Bachtiar Dwi Kurniawan, S.Fil.I., MPA., Ketua Majelis Pembinaan Kader dan Sumberdaya Insani PP Muhammadiyah sekaligus alumnus Program Studi Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan dengan moderator Asmarawati Handoyo, Ph.D.
Di tengah derasnya arus informasi dan budaya media sosial yang kian mendominasi, bagaimana sebenarnya kepemimpinan dan hubungan antara pemimpin dan pengikut berubah? Pertanyaan ini menjadi inti perbincangan dalam pertemuan terbaru Program Studi Magister dan Doktor Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan (MDKIK) Sekolah Pascasarjana UGM.
Salah satu topik yang disoroti di kuliah umum ini adalah dampak populisme dan media sosial terhadap kepemimpinan di era digital. Dr. Bachtiar menyampaikan bagaimana populisme dan media sosial telah mengubah lanskap kepemimpinan dan hubungan antara pemimpin dan pengikut. Ia menekankan bahwa meskipun popularitas dapat menjadi alat yang kuat dalam era digital, para pemimpin seharusnya tidak hanya mengandalkan gimmick atau pencitraan, melainkan berfokus pada solusi nyata yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.
“Popularitas adalah alat, bukan tujuan akhir,” tegas narasumber utama.
Fokus sesungguhnya adalah memberikan manfaat nyata dan solusi konkret bagi masyarakat, bukan hanya mengejar angka ‘like’ atau ‘followers’.
Tidak kalah menarik, pembahasan juga menyentuh fenomena post-truth atau era “pasca-kebenaran” yang menantang ketajaman informasi publik. Di mana informasi viral sering kali lebih menarik perhatian publik dibandingkan fakta yang akurat. Dalam konteks ini, pentingnya kehadiran pengikut yang kritis dan berkualitas menjadi sorotan utama—yakni mereka yang mampu menyaring informasi, berpartisipasi aktif, dan memberikan umpan balik konstruktif, dibandingkan dengan sekadar mengejar eksistensi di media sosial.
“Pengikut jenis ini jauh lebih bernilai dibandingkan mereka yang sekadar berlomba mendapatkan pengikut atau membuat sensasi tanpa makna”. Jelas Dr. Bachtiar
Kuliah umum ini membuka wawasan baru bahwa kepemimpinan di era digital bukan hanya soal siapa yang paling dikenal, tapi siapa yang mampu membawa perubahan positif dan membangun interaksi bermakna dengan pengikutnya.
Penulis : Vivie Silvania Intan Nirmala