Yogyakarta (23/1) – Wisuda adalah momen bersejarah yang penuh kebanggaan sekaligus perpisahan. Begitu pula yang dirasakan oleh dua sahabat, Agim Gunawan dan Afan Romadhon Febri Triyanto atau yang akrab disapa Apang, mahasiswa Magister Pengkajian Seni Pertunjukan dan Seni Rupa (PSPSR) Sekolah Pascasarjana UGM angkatan 2022. Selama dua tahun, mereka berbagi cerita, tantangan, dan momen kebersamaan hingga akhirnya mencapai garis finis bersama di hari wisuda.
Persahabatan mereka dimulai sejak hari pertama perkuliahan. Agim mengaku terkejut saat mengetahui bahwa Apang adalah seniornya saat menempuh S1 dan merupakan kakak dari temannya seangkatan. “Mas Apang orangnya sangat menyenangkan, kita banyak bertukar cerita dan pengalaman,” ujar Agim.
Sementara itu, Apang sendiri sudah mengetahui bahwa salah satu teman adiknya akan menjadi rekan seangkatan di S2. “Saat pertama bertemu, rasanya seru karena kami bisa ngobrol asik, terutama soal musik dan tari yang memang menjadi bidang yang kami tekuni,” ungkapnya.
Menjalani perkuliahan di tingkat magister tentu tidak mudah. Apang menyebut bahwa tantangan terbesar adalah manajemen waktu antara tugas kuliah dan kewajiban mengajar. “Banyak tugas dan semuanya harus dikerjakan dengan baik, jadi perlu strategi waktu yang matang,” katanya.
Agim pun setuju dengan pernyataan Apang. Namun, ia merasa bahwa dengan berdiskusi bersama, beban tugas bisa terasa lebih ringan. “Saya selalu berusaha mengerjakan tugas sambil berdiskusi dengan rekan seangkatan, supaya lebih mudah dan menyenangkan,” tambahnya.
Persahabatan mereka juga diwarnai dengan kebiasaan-kebiasaan seru. Salah satu momen yang paling berkesan bagi mereka adalah ketika sebelum seminar proposal (sempro), mereka bersama seangkatan pergi ke Dieng untuk berdiskusi mengenai tesis. “Kami berdiskusi mengenai rencana tesis, bertukar ide, dan tak lupa kami meminta arahan dari Kepala Prodi S2 PSPSR Dr. Raden Rara Paramitha Dyah Fitriasari, S.Ant., M.Hum. agar persiapan kami lebih matang,” cerita Apang.
Namun, tidak hanya hal akademik, mereka juga punya rutinitas santai yang membuat perkuliahan lebih berwarna. “Selain diskusi tesis, kami juga sering karaoke bersama untuk melepas penat,” ujar Agim dengan tawa.
Saat akhirnya bisa mengenakan toga dan merayakan kelulusan bersama, keduanya mengaku bangga dan bersyukur. “Rasanya luar biasa. Perjuangan panjang ini akhirnya membuahkan hasil, dan yang paling penting, kita saling mendukung satu sama lain,” ucap Apang. Ia pun mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seangkatannya atas kebersamaan dan dukungan selama studi.
Bagi Agim, wisuda membawa perasaan yang campur aduk. “Di satu sisi, saya senang bisa menyelesaikan studi, tapi di sisi lain saya merasa kehilangan karena ini juga menjadi momen perpisahan. Semoga kita bisa bertemu lagi di kesempatan lain, dan saya berharap semua teman-teman sukses selalu,” tuturnya.
Persahabatan mereka selama kuliah membuktikan bahwa perjalanan akademik tidak hanya tentang ilmu, tetapi juga tentang dukungan, kebersamaan, dan kenangan yang akan selalu membekas. Selamat untuk Agim dan Apang, semoga sukses dalam perjalanan berikutnya.
Penulis: Arfikah Istari