Meskipun Pandemi COVID-19 telah berlalu, pembahasan mengenai dampaknya masih bergema di beberapa sektor, termasuk dalam praktik keagamaan. Pada tanggal 30 Oktober 2024, Subkani Kusuma Dewi, dosen Ilmu Hadis Universitas Islam Negeri (UIN) mempresentasikan temuannya pada Wednesday Forum yang diadakan di Ruang Kelas 306, Gedung Sekolah Pascasarjana UGM. Subkhani menyelesaikan studi doktor di Western Sydney University dengan meneliti bagaimana pandemi mempengaruhi praktik ziarah Muslim Indonesia ke Mekkah.
Dewi berfokus pada meneliti praktik keagamaan Umrah. Ia menyoroti bahwa pandemi telah mengubah secara fundamental protokol yang mengatur Umrah, ziarah yang dapat dilakukan oleh umat Muslim kapan saja sepanjang tahun. Ia berargumen bahwa ada dua modifikasi signifikan yang muncul di kalangan praktisi di Indonesia sebagai akibat dari pandemi COVID-19.
“Perubahan pertama bahwa selama masa transisi dari normal ke normal baru keterlibatan langsung digantikan oleh ketergantungan jemaah pada moda virtual. Banyak agen perjalanan umrah di Indonesia yang mengembangkan metode individualisme jaringan dalam pelaksanaan umrah. Sementara itu, modifikasi kedua adalah peningkatan ziarah perwakilan, di mana pemimpin agama kini menggantikan individu lanjut usia yang mungkin tidak dapat melakukan perjalanan”, ungkap Dewi.
Lebih lanjut Dewi menjelaskan bahwa Pandemi menyebabkan peningkatan penggunaan media internet yang memunculkan opsi siaran langsung pada praktik Umrah. Hal ini memungkinkan jemaah yang tidak dapat melakukan perjalanan dapat berpartisipasi secara virtual. Menurut Dewi, ketergantungan jemaah pada moda baru ini membuktikan perubahan persepsi mengenai spasialitas dan materialitas pelaksanaan ziarah dalam praktik ziarah Muslim Indonesia ke Mekkah.
Sebagai penutup, Dewi mengungkapkan bahwa esensi pengalaman agama harus tetap dipertahankan sembari beradaptasi dengan realitas baru. Saat dunia terus menavigasi lanskap pascapandemi, diskusi seperti ini akan sangat penting dalam membentuk masa depan praktik budaya dan keagamaan. Program Studi Agama dan Lintas Budaya atau Center for Religious and Cross-Cultural Studies secara rutin menyelenggarakan Wednesday Forum yang berfungsi sebagai ruang diskusi serta menambah wawasan bagi mahasiswa. Inisiatif ini bertujuan untuk mendorong dialog tentang isu-isu terkini, termasuk persimpangan antara budaya, agama, dan pendidikan.
Penulis: Asti Rahmaningrum