Prodi KBM Gelar Diskusi Buku “Proliferasi Pemikiran Sosial Kritis”

Dosen pengajar Program Studi Kajian Budaya dan Media (Prodi KBM), Prof. Dr. Heru Nugroho menerbitkan buku berjudul “Proliferasi Pemikiran Sosial Kritis” pada Desember 2023. Prof. Heru bersama dengan Andreas Budi Widyanta, Ragil Wibawanto, dan Rizqyansyah Fitramadhana menulis pemikiran-pemikiran kritis sebagai respon dari perkembangan praktik digital serta transformasi ekonomi-politik neoliberal. 


Acara diskusi buku “Proliferasi Pemikiran Sosial Kritis” diselenggarakan oleh Prodi KBM sebagai wadah untuk memfasilitasi karya diseminasi dosen dan mahasiswa. Acara berlangsung pada Selasa (23/04), bertempat di Auditorium Lantai 5, Gedung Unit 1 Sekolah Pascasarjana, UGM. 


“Ketika kita melakukan sesuatu pasti didasari oleh keimanan. Pemikiran kritis adalah keimanan yang digunakan dalam menulis buku ini. Saya belajar teori kritis untuk pertama kali dari guru saya Pak Ignas Kleden”, ujar Prof. Heru. 


Dalam 314 halaman, buku tersebut mengkritisi dunia kehidupan pasca reformasi yang mengarah pada Neo-liberal dan menjauh dari demokrasi. Pembaca diajak untuk berpikir kritis terhadap permasalahan-permasalahan yang ada saat ini, apakah kebijakan sudah berpihak kepada masyarakat? Tidak sampai disitu, kritis juga harus dilakukan ke dalam yaitu dengan refleksi kepada diri sendiri. Apa solusi yang bisa kita berikan dan tindakan nyata untuk menyelesaikan permasalahan yang ada.


“Kecemasan masa depan perlu dikritisi agar hidup lebih tenang dan tetap bisa dirayakan. Saya senang bertemu kolega dengan kecemasan yang sama. Melalui buku ini kecemasan akan masa depan tersebut kami pikirkan bersama-sama sehingga tidak menjadi beban sendirian”, tambah Andreas Budi Widyanta. 


Sementara itu Prof. Dr. Wening Udasmoro, Guru Besar Ilmu Sastra dan Gender yang saat ini menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Pendidikan dan Pengajaran UGM hadir sebagai pembahas pada acara diskusi buku. Bertindak sebagai moderator, Nurul Fitri Hapsari, mahasiswa Program Doktor KBM memandu jalannnya acara diskusi menjadi tiga sesi yaitu sesi pemaparan oleh penulis, sesi pembahasan buku, dan sesi tanya jawab peserta.


Salah satu yang dikritisi dalam buku adalah persoalan governance sebagai penguasa yang mengatur berbagai kebijakan, seakan-akan terlihat memberi pilihan namun nyatanya masyarakat dipaksa untuk memilih. “Governance adalah cara untuk mengontrol, mengendalikan, membatasi, dan mengarahkan aktivitas-aktivitas manusia. Saat ini kebijakan diberikan berdasarkan sistem berpikir algoritmik dengan iming-iming kemajuan teknologi. Situasi ini membuat nalar kritis semakin lama semakin memudar”, ujar Prof. Wening. 


Lebih lanjut Prof. Wening berpesan kepada pembaca untuk merefleksikan apa yang ada di dalam buku dengan menghidupkan kembali nalar kritis kita sebagai akademisi agar tidak terjebak dengan governmentality algoritmik. Acara diskusi buku ditutup dengan tanya jawab peserta dan terdapat dua penanya beruntung yang mendapatkan buku terbitan Prodi KBM. 

Kegiatan ini merupakan implementasi dari SDGs Nomor 10, Reduced Inequalities,  tentang diskriminasi dan SDGs Nomor 4  tentang Quality Education


Penulis: Asti Rahmaningrum

Editor : Arni Wistriatun 

Foto: Latif Nuriyawan