Memahami Kembali Kapitalisme Adam Smith

Pada tanggal 17 Desember 2007, bertempat di lantai 3 Perpustakaan Sekolah Pascasarjana UGM, berlangsung diskusi bulanan tentang “the great thinkers”. Topik yang diangkat dalam diskusi kali ini adalah “memahami kembali kapitalisme Adam Smith”. Sebagai pembicara Dr. Denni Puspa Purbasari, dosen pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM. Diskusi dipandu oleh Arqom Kuswanjono, M.Hum.

Wealth of Nation

Dalam penjelasan awalnya Dr. Denni Puspa Purbasari menjelaskan bahwa sebenarnya, apabila dibaca dan diteliti dengan seksama, buku Adam Smith “Wealth of Nation” tidak berbicara tentang kapitalisme, akan tetapi banyak orang yang terjebak dan berfikir bahwa buku ini membahas tentang kapitalisme. "Wealth of Nation" terdiri dari lima bagian. Pertama, faktor-faktor penyebab peningkatan produktivitas tenaga kerja dan bagaimana produksi didistribusikan (pembagian tenaga kerja, market sebagai batas pembagian tenaga kerja, serta harga). Kedua tentang penggunaan dan proses akumulasi stok (pembagian stok, uang sebagai bagian dari stok, akumulasi kapital, serta stok yang dipinjam dan bunga). Ketiga tentang pertumbuhan ekonomi yang berbeda antar negara (peran perdagangan, kota dan turunnya peran sector pertanian). Keempat tentang sistem ekonomi (proteksi merkantilis), dan kelima tentang penerimaan negara (public goods, dan utang).

Lebih lanjut Dr. Denni menjelaskan bahwa pembagian tenaga kerja menyebabkan peningkatan produktivitas tenaga. Secara spesifik, pembagian tenaga kerja dapat meningkatkan keahlian, mempersingkat waktu, serta mendorong inovasi mesin-mesin. Pembagian tenaga kerja lebih sering terjadi pada manufaktur daripada pertanian. Oleh karena itu negara maju sering ditandai oleh kemajuan sektor manufakturnya. Meningkatnya produksi mendorong munculnya pedagang-pedagang dan kemajuan transportasi.

Selanjutnya Dr. Denni mengatakan bahwa dasar pembagian tenaga kerja adalah:

  1. Pembagian tenaga kerja muncul dari dorongan manusia untuk dapat meningkatkan utility dan melakukan pertukaran.
  2. Pertukaran didasari atas prinsip give and take (self inters), bukan benevolence (santunan). Smith mengatakan bahwa hanya pengemis bersandar sepenuhnya pada benevolence.
  3. Semakin berbeda karakteristik kedua orang/negara, perdagangan menjadi semakin menguntungkan karena seseorang dapat membeli produksi orang lain.
Walaupun tenaga kerja memberikan banyak keuntungan, akan tetapi ternyata tenaga kerja dibatasi oleh pasar. Alasan pembatasan ini terjadi karena:
  1. Karena pertukaran menggiring pada pembagian tenaga kerja, maka pembagian tenaga kerja dibatasi. Hal ini terjadi karena jika pasar terlalu kecil, maka tidak ekonomis bila dilakukan pembagian kerja.
  2. Terdapat beberapa industri yang hanya dapat dilakukan di kota besar. Oleh karena itu peran angkutan air sangat penting sekali untuk menghubungkan antara daerah satu dengan daerah lain. Tak heran jika sekarang kita saksikan, kota-kota besar selalu dekat dengan pantai atau daerah pesisir. Contoh, Jakarta, Surabaya dll.
  3. Jika tidak terdapat perdagangan antar pulau, maka produksi akan sesuai dengan pendapatan dan jumlah penduduk negeri itu.
Hal yang menarik dari pernyataan Denni di atas adalah Adam Smith mengatakan bahwa hanya pengemis yang bersandar pada benevolence (santunan). Pertanyaan selanjatnya yang muncul dari pernyataan tersebut adalah, bagaimana jika pemerintah dengan kebijakannya justru telah membuat masyarakat menjadi pengemis? Sebagai contoh di Indonesia, terdapat salah satu kebijakan pemerintah yaitu memberikan santunan kepada rakyat miskin melalui kompensasi BBM. Hal ini berarti secara tidak langsung pemerintah telah membuat masyarakat menjadi pengemis. Mengapa dana kompensasi yang besar tersebut tidak diberikan kepada masyarakat miskin dengan cara membuka lapangan kerja?

Keasalahpahaman tentang kapitalisme

Ketika menjelaskan tentang kapitalisme, Dr. Denni menjelaskan bahwa selama ini terdapat salah pengertian dikalangan masyarakat umum yang menganggap kapitalisme selalu berhubungan dengan pengusaha besar yang menanamkan modalnya ke berbagai sektor. Padahal, tidak terdapat prosedur formal-bahkan untuk tingkat yang paling abstrak sekalipun- untuk menspesifikasikan esensi kapitalisme. Kapitalisme adalah semacam netherworld (dunia maya, dunia tidak nyata) yang melingkupi aktivitas bisnis. Dunia maya ini kadang disebut sebagai invisible hand, market mechanism dan lain-lain yang menuju pada pertumbuhan. Adam Smith menyebutkan bahwa proses ini berakhir pada pencapaian socially beneficial paths dimana individu-individu sendiri tidak pernah menyadarinya ketika ia mengumpulkan material wealth. Sebagai contoh, Dr. Denni mengumpamakan jika si A adalah pengusaha kaya raya yang hanya berusaha pada satu bidang, kemudian mendepositokan duitnya milyaran rupiah di bank, maka dia bukan kapitalis, karena duit pengusaha tersebut tidak berputar, hanya menginap di bank. Akan tetapi, jika terdapat pengrajin kecil yang memutar modalnya untuk usahanya yang lain, maka pengrajin kecil tersebut disebut kapitalis, karena kapitalis adalah orang yang terus memutar capitalnya untuk usaha berikutnya. Capital adalah continuous transformation dari MCM (Money-commudity-money). Jadi kapitalisme adalah proses yang berulang dan ekspansif. Adapun yang paling berbahaya dari kapitalisme adalah dominasi kapitalisme. Dominasi kapitalisme adalah seseorang yang memiliki seluruh capital namun ia menolak menjual produknya atau menolak mempekerjakan manusia. Dominasi capital dapat menyebabkan pengangguran bahkan dapat menyebabkan kelaparan dan kematian. Aspek kritis dari uang atau capital tidak terletak pada hak untuk menggunakan, namun pada hak untuk menahan penggunaannya ketika pemilik menghendakinya. Hak inilah yang membuat kapitalis menjadi dominan dalam dunia perdagangan dan produksi dimana mereka memegang otoritas atas perluasannya.

Peran Negara

Untuk mengatasi dominasi kapitalisme, maka peran negara sangat dibutuhkan. Peran negara adalah:

  1. Menyediakan public goods/public works termasuk informasi, menjamin property rights, serta menyediakan hukum dan sangsi.
  2. Peran negara dalam rezim capital adalah sebagai defender dan promoter economic realms.
Menanggapi peran pemerintah dalam dunia usaha, Dr. Denni sangat menyayangkan tindakan pemerintah yang selalu saja membuat kebijakan merugikan negara. Sebagai contoh, pemerintah menjual minyak bumi untuk dikelola perusahaan asing dengan nilai yang sangat rendah di bawah harga pasar. Akan tetapi, jika pemerintah membeli suatu barang dari luar negeri seperti kapal tanker, pemerintah selalu membeli dengan harga tinggi diatas harga pasar. Hal ini menandakan bahwa selalu saja terjadi kolusi dan korupsi di tubuh pemerintah.

Selanjutnya Dr. Denni menegaskan bahwa bagaimanapun juga pengusaha membutuhkan pemerintah sebagai pengawas dalam dunia usaha. Oleh karena itu pemerintahan yang bersih, sehat dan jauh dari korupsi sangat dibutuhkan untuk membangun ekonomi Indonesia.